“Kaum hawa telah membuktikan lebih tekun dan teliti mengelola dan menggerakkan kelompok petani, nelayan, koperasi, dan usaha rumahan yang berpeluang menambah penghasilan keluarga..”
Harmoko
Wanita memiliki kekuatan hebat yang dapat meruntuhkan dunia. Ini bukan retorika belaka, tetapi fakta adanya karena tak sedikit orang-orang hebat di dunia jatuh dari tahta akibat wanita. Tak berlebihan sekiranya ada yang menafsirkan bahwa wanita ( perempuan) adalah tiang negara.
Yang perlu menjadi komitmen bersama adalah bagaimana dengan kekuatan hebat yang tersimpan dalam diri wanita diberdayakan dalam konteks membangun keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara.
Ini dikandung maksud peran perempuan hendaknya dimaksimalkan dengan meningkatkan kualitas hidup dengan memberikan akses terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Juga perluasan kesempatan berpartisipasi dalam dunia politik dan pemerintahan.
Terlebih di era sekarang, perempuan tak hanya menjadi penikmat pembangunan, tetapi sudah jauh melangkah ke depan menjadi pelaku pembangunan, agen perubahan yang aktif di berbagai bidang kehidupan.
Maknanya, perempuan memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa.
Sayangnya potensi ini belum maksimal dikembangkan menjadi gerakan massal yang didukung semua kalangan. Konsep yang tersaji, belum sepenuhnya terealisasi dalam praktik sehari-hari.
Keterwakilan perempuan di legislatif misalnya, hingga kini masih jauh dari harapan. Meski terdapat kebijakan afirmatif berupa kuota minimal 30 persen untuk caleg perempuan, tetapi realitanya persentase perempuan yang terpilih belum mencapai angka dimaksud.
Pada pemilu legislatif 2024 lalu, keterpilihan perempuan hanya mencapai angka sekitar 22 persen. Adakah yang salah? atau belum selarasnya antara kesadaran pentingnya kesetaraan gender dengan realitas praktik politik masyarakat kita.
Jawabnya akan cukup beragam dan melalui perdebatan panjang. Yang pasti, kita sepakat jumlah keterwakilan perempuan di DPR masih perlu ditingkatkan sebagai upaya mendukung perempuan dalam pengambilan kebijakan yang mewakili kaum perempuan.
Patut mengapresiasi masuknya 14 perempuan Indonesia dalam Kabinet Merah Putih, baik sebagai menteri maupun wakil menteri. Ini bukti negara memberikan porsi kepada perempuan menduduki jabatan strategis dalam membangun bangsa.
Karena memang begitulah hendaknya negara wajib hadir memberikan dukungan nyata memberdayakan perempuan di segala bidang pembangunan.
Dunia akan memandang negara kita mulia jika sukses mengelola potensi perempuan dalam pembangunan.
Terlebih populasi perempuan diproyeksikan akan lebih besar dari laki-laki menyongsong Indonesia Emas.
Saat ini, hingga semester I tahun 2024, total penduduk Indonesia 282.477.584 jiwa yang terdiri laki-laki 142.569.663 jiwa, sedangkan perempuan sebesar 139.907.921 jiwa, hampir mengimbangi populasi laki- laki.
Mulai sekarang pemberdayaan perempuan harus lebih dimaksimalkan.
Pemberdayaan perempuan harus dikemas secara lebih komprehensif dengan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah pusat dan daerah, juga pihak swasta, pelaku ekonomi serta masyarakat, termasuk keluarga.
Dalam scope yang lebih kecil di lingkungan sekitar, dapat dipacu dengan mengembangkan ekonomi rakyat yang didasarkan kepada pembudidayaan potensi lokal.
Sejumlah studi menyebutkan banyak kelompok wanita di beberapa daerah yang sukses mengembangkan potensi lokal sebagai sumber penghasilan masyarakat.
Kaum hawa telah membuktikan lebih tekun dan teliti mengelola dan menggerakkan kelompok petani, nelayan, koperasi, dan usaha rumahan yang berpeluang menambah penghasilan keluarga, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Menyongsong Indonesia Emas 2045, seluruh elemen bangsa perlu lebih peduli mendukung eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
Di sisi lain, peran perempuan akan total dan maksimal jika mendapat dukungan penuh dari keluarga. Sebab, tak dapat dipungkiri kodratnya sebagai istri, ibu bagi anak- anaknya.
Apalagi bagi wanita era kini, muncul paradigma bahwa karir yang cemerlang bukan melulu soal pekerjaan (profesi), tetapi sukses menjalani peran sebagai istri dan ibu yang baik. Mampu menyeimbangkan ketiga peran tadi.
Itulah sejatinya perempuan yang mulia, wanita terpercaya yang layak menjadi panutan. Perempuan yang akan mencetak generasi emas, generasi tangguh, hebat dan bermartabat. Generasi yang memiliki kecerdasan intelektual dan moral sebagaimana jati diri bangsa Indonesia.
Mari kita beri penghargaan terhadap perempuan atas perannya sebagai istri dan ibu yang baik. Atas perjuangan meraih kedudukan yang lebih setara dalam masyarakat serta berkontribusi secara nyata terhadap pembangunan nasional. Selamat Hari Ibu, Menuju Indonesia Emas. (Azisoko).
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.