Aktivitas warga saat melintasi banjir rob di pemukiman padat penduduk Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu, 15 Desember 2024. (Poskota/ Ahmad Tri Hawaari)

NEWS

Pantang Mundur Dilanda Banjir Rob

Senin 16 Des 2024, 09:10 WIB

POSKOTA.CO.ID - Pipihnya ikan-ikan asin itu tertata rapi di atas susunan bambu yang direbahkan memanjang bak sebuah meja. Disangga dengan kayu yang tegak berdiri seolah menembus genangan air rob di bawahnya.

Puing-puing kayu berserakan di genangan ini. Tampak pula beberapa pekerja sedang menyusun kardus untuk mengisinya dengan ikan asin.

Itulah gambaran di tempat pengolahan ikan asin di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (15/12) siang. Meski banjir pesisir menggenangi permukiman, warga Muara Angke pantang mundur dan tetap melakoni usaha pengolahan ikan asin.

Seperti yang dilakukan Wayur, 63 tahun, yang tetap mengolah ikan asin meski tempat usahanya tergenang banjir rob. "Sudah biasa kayak begini mah, air pasang tiap bulan," kata dia kepada Poskota di lokasi, Minggu, 15 Desember 2024.

Air rob berwarna kecokelatan yang sudah teradiasi dengan sampah masyarakat tidak menghalangi dirinya dan warga lain untuk mendapatkan penghasilan. Ketinggian banjir rob di tempat ini nyaris sepinggang orang dewasa.

Meski usahanya tetap berjalan, Wayur mengakui ada penurunan omzet. "Sebenarnya ganggu aktivitas, cuma mau bagaimana, kan ini kejadian alamiah juga," sambungnya.

Menurut Wayur, banjir rob yang menerjang di penghujung tahun ini memang yang terparah. Sebelumnya banjir rob hanya menggenangi permukiman paling tinggi sepaha orang dewasa. Kini sudah nyaris sepinggang dengan ketinggian kurang lebih satu meter.

"Warga tau kalau ada air pasang, tapi kan biasanya gak begini besar. Tahun ini paling besar, ada satu meter mah. Paling parah ini," katanya.

Jika rob melanda, Wayur mengatakan pembelian ikan asin berkurang. Sebab konsumen yang biasanya datang langsung membeli, kini enggan datang karena banjir rob. "Jarang kemari orang belinya. Sementara kalau gak ada yang beli, disimpan dulu," kata pria yang sudah puluhan tahun menjadi pengolah ikan asin itu.

Warga pengolah ikan asin lain, Siti Rahma, 53 tahun, merasakan hal yang sama. Sejak banjir rob melanda, pembelian ikan asin merosot karena pembeli tidak ada yang datang. "Aktifitas pengasinan ikan tetap jalan, tapi yang beli pada enggak mau ke sini. Kan banjir, tapi pengasinan mah tetap jalan," tuturnya.

Biasanya pengolah ikan asin mendapatkan ikan dengan belanja di pelelangan di Muara Baru. Ikan cucut, ikan tongkol hingga ikan kembung, menjadi salah satu jenis ikan yang diolah oleh para pengrajin di sini menjadi ikan asin. "Biasanya belanja 3 ton, 5 ton. Jadi yang beli biasanya datang ke sini. Ada juga yang memang pesanan," terangnya.

Rastem, 51 tahun, yang juga pengolah ikan asin di sana menyebutkan, sejak dilanda banjir rob sejak November 2024, penjualan ikan asinnya merosot. Bahkan garam sebagai bahan dasar mengolah ikan asin juga terkikis. "Yang jaga-jaga itu garam. Kalau garam itu kan kalau ada air habis. Pernah lama-lama turun (habis) jadi tinggal karungnya doang," keluh Rastem.

Warga Muara Angke, Sanilah, 50 tahun, sudah tiga hari ini tidak berjualan es dan makanan akibat banjir rob. Keadaan seperti ini sudah biasa dirasakan warga Muara Angke. "Memang ini sih paling gede. Tadi masuk air jam 8 pagi, paling tinggi sebale (meja yang disusun dari bambu), ya sekitar satu meter lah," katanya.

Ibu rumah tangga tiga anak itu mengaku selalu melakukan persiapan ketika mengetahui akan ada banjir rob. Persiapan di antaranya memindahkan barang yang ada di lantai satu ke lantai dua rumahnya. Sanilah, yang sehari-hari berjualan garam, juga tidak bisa berbuat banyak karena garam dagangannya terpaksa terendam.

"Ya lihat saja tuh garamnya kena air, sudah enggak biasa jualan. Garam langsung ngambil dari Pati, Jawa Tengah, dikirim ke sini," jelas Sanilah.

Terlihat tumpukan garam milik Sanilah yang berada di halaman rumahnya terendam air genangan rob. Air setinggi satu meter, yang mengepung permukiman warga Muara Angke, ikut merendam rumahnya.

Hal sama juga dirasakan wanita yang sudah lanjut usia (lansia), Anira, 64 tahun. Sudah tiga hari ini dia tidak berjualan rebusan seperti kacang dan ubi karena banjir rob yang menggenangi.

"Kompornya juga mati karena kebanjiran, jadi sudah tiga hari ini enggak jualan. Mau jualan juga susah. Saya kan biasanya jualan di pasar. Sore kalau belum habis, baru keliling," katanya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, Anira harus mengocek uang tabungan hasil dagang rebusan. Hal ini terpaksa karena dirinya tidak bisa mencari nafkah selain berjualan rebusan. "Uangnya dari yang kemarin-kemarin hasil jualan, mau enggak mau dikeluarkan buat sehari-hari," ucapnya.

Warga yang hendak beraktivitas harus bertarung dengan genangan akibat banjir rob. Meski air rob telah teradiasi oleh sampah warga, mereka tetap melakukan aktivitas sehari-hari seperti ke warung dan pasar. Di lokasi dekat permukiman warga banjir, tampak satu perahu yang diperuntukkan bagi warga.

Ali, 30 tahun, salah satu warga setempat mengatakan, perahu tersebut sebagai pertolongan pertama atau dalam kondisi darurat. "Kalau ada lansia yang mau dipindahkan, kita pakai perahu ini. Sama sekalian buat warga yang mau aktivitas," tuturnya.

Beberapa warung warga tampak tutup akibat banjir rob. Sebagian warga tetap berjuang mencari penghasilan seperti berjualan es teh dan nasi campur meski warungnya dalam kondisi tergenang. Mayoritas warga Muara Angke menyebut fenomena banjir rob merupakan kejadian alamiah. Makanya banyak warga yang menyebut bahwa banjir rob bukanlah momok menakutkan.

"Enggak takut, warga sini mah sudah biasa. Kayak saya sudah puluhan tahun di sini. Ya sudah banjir begini ya biasa. Paling harapannya kalau bisa ditanggulangi. Kalau bisa, air jangan sampai masuk ke permukiman," ucap Rastem menimpali obrolan.

Dari pantauan Poskota di lokasi, sejumlah ruas jalan seperti di Jalan Pluit, Penjaringan, tergenang. Pengendara yang hendak melintas, harus menerabas genangan tersebut.

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

Tags:
banjir robMuara AngkeJakarta UtaraPesisir Utara Jakarta

Pandi Ramedhan

Reporter

Aminudin AS

Editor