Obrolan Warteg: Rekam Jejak Digital

Selasa 08 Okt 2024, 12:17 WIB
Obrolan warteg rekam jejak digital. (Poskota/Yudhi Himawan)

Obrolan warteg rekam jejak digital. (Poskota/Yudhi Himawan)

Rekam jejak calon kepala daerah adalah hal penting sebagai bahan pertimbangan sebelum untuk menentukan pilihan. Tak ubahnya, ketika kita ingin mencari pasangan sebagai pendamping hidupnya.

“Tapi beda loh. Memilih pasangan calon kepala daerah untuk waktu lima tahun ke depan, sedangkan memilih pasangan hidup untuk selamanya,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Ya jelas beda lah, Calon istri atau suami, tentu beda dengan calon kepala daerah. Tetapi rekam jejak itu sama- sama dibutuhkan,” ujar bang Yudi.

“Setuju. Cuma kalau untuk calon pasangan hidup lebih kepada latar belakang keluarganya, trahnya gimana , kepribadiannya, sikap dan karakternya gimana, tingkat emosinya gimana, hatinya gimana, fisiknya gimana, profesinya apa, kira – kira masa depannya bagaimana. Belum lagi bicara soal perhatian, kepedulian dan kasih sayang,”  jelas Heri.

“Banyak banget syaratnya mas?. Dulu saya nggak sampai sejauh, yang penting saling cocok, jadian. Buktinya awet sampai sekarang, nggak pernah berubah haluan,” celetuk Ayu Bahari, pedagang warteg ikut nimbrung.

“Kebetulan saja dapat yang baik, nggak neko – neko,” jawab Heri.
“Di dunia ini nggak ada yang kebetulan, semuanya sudah ada yang ngatur,itu sudah jodohnya,” kata mas Bro.

“ Kalau sudah ada yang ngatur, kalau wis wancine jadi pemimpin, lantas  buat apa repot – repot menelisik rekam jejak segala,” protes Heri.

“Kita diberi akal agar berakal. Kita punya pikiran agar digunakan untuk berpikir yang baik dan benar. Menelisik rekam jejak, termasuk rekam jejak digital bagian dari upaya kita menggunakan akal dan pikiran dalam memilih kepala daerah. Ingat rekam jejak digital takkan terhapus,” jelas mas Bro.

“Setuju biar kita tidak salah pilih .Ada beberapa teman saya bilang menyesal karena dulu pilih dia. Percuma sesal kemudian tiada guna,” ujar Ayu lagi.
“Karena itu, kalian mesti melihat bagaimana rekam jejak calon.Prestasinya bagaimana, pengalamannya gimana, kepedulian kepada masyarakat gimana, hubungan sosialnya bagaimana, apa yang sudah pernah dilakukan untuk memajukan daerahnya,” urai mas Bro.

“Intinya baik dan layak menjadi kepala daerah. Tiada cacat dan cela ya ,” kata Yudi.
“Kalau untuk berharap yang sempurna sepertinya tidak mungkin, setiap manusia punya cacat dan cela, sekecil apa pun memiliki kekurangan,” kata Heri.

“Yang terpenting kita meyakini yang kita pilih kelak adalah yang terbaik di antara yang baik,” jelas Yudi.

“Betul intinya keyakinan dan kepercayaan kita terhadap yang kita pilih nantinya akan menjalankan apa yang telah menjadi visi dan misinya. Kita percaya dia mampu memajukan daerahnya. Dia akan amanah,” kata mas Bro.

“Iya juga, esensi kepemimpinan adalah kepercayaan.” kata kedua sohibnya. (Joko Lestari).

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

Berita Terkait

News Update