Pemimpin Hizbullah Tantang Benjamin Netanyahu Setelah Insiden Ledakan Lebanon: Kami Menyambut Invasi

Jumat 20 Sep 2024, 20:45 WIB
Israel diduga menyerang Hizbullah dengan membuat insiden ledakan Lebanon yang mengakibatkan sejumlah orang tewas, termasuk warga sipil. (X/@zaidbhat_21)

Israel diduga menyerang Hizbullah dengan membuat insiden ledakan Lebanon yang mengakibatkan sejumlah orang tewas, termasuk warga sipil. (X/@zaidbhat_21)

POSKOTA.CO.ID – Pemimpin Hizbullah telah melontarkan kata-kata yang menantang Israel, tetapi apa yang akan terjadi dan kapan hal itu akan terjadi masih belum jelas.

Pesawat tempur Israel terbang rendah memecahkan penghalang suara dua kali di atas Beirut, saat pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyampaikan pidatonya.

Pidato itu disampaikan sejak dua hari terjadinya insiden ledakan Lebanon yang menyebabkan pager dan radio walkie-talkie meledak di seluruh negara.

Serangan itu menewaskan warga Lebanon, baik anggota Hizbullah maupun warga sipil termasuk sedikitnya dua anak.

Sejak beberapa bulan lalu, Hassan Nasrallah memberi tahu para pendukungnya untuk berhenti menggunakan ponsel karena bisa saja disusupi oleh Israel.

Kejadian itu juga terjadi di tengah meningkatnya rencana pejabat Israel tentang peningkatan operasi di garis depan utara mereka.

Setidaknya 37 orang tewas dan hampir 3.000 orang terluka di Lebanon pada Selasa dan Rabu, 17 dan 18 September 2024.

Lebih dari 600 orang tewas sejak 8 Oktober ketika Hizbullah dan Israel mulai saling serang melintasi perbatasan. Dan lebih dari 100 orang tersebut adalah warga sipil.

Hizbullah Beri Tanggapan Keras

Hassan Nasrallah tampak lelah di awal pidatonya pada Kamis, 19 September 2024 saat ia mengakui parahnya kerusakan yang terjadi akibat ledakan pager dan walkie talkie.

Ia menyebut serangan yang mencoba membunuh 5.000 orang secara bersamaan tersebut sebagai operasi teroris besar, tindakan genosida dan pembantaian.

Selain itu, dia mengakui bahwa itu adalah pukulan telak yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perlawanan.

Meski begitum, energinya tumbuh saat ia menyampaikan pidatonya, yang mencakup beberapa provokasi khasnya terhadap Israel, khususnya perdana menterinya.

"(Benjamin) Netanyahu, kami menyambut invasi. Kami menganggapnya sebagai kesempatan," katanya, dilansir dari Al Jazeera.

Ini mengacu pada tujuan Israel yang menyatakan bahwa mereka akan membuat kondisi di dekat perbatasannya dengan Lebanon cukup aman bagi penduduk yang telah melarikan diri.

"Saya berjanji kepada Anda, Anda tidak akan dapat membawa para pemukim kembali ke rumah mereka,” tegasnya.

Selain kata-kata keras, namun Hassan Nasrallah tidak mengindikasikan kapan atau di mana tindakan balasannya akan dilakukan.

Orang-orang yang dekat dengan Hizbullah menjanjikan tanggapan yang mengejutkan setelah serangan yang menggemparkan tersebut.

“Responsnya akan bertahap, meningkat, dan menyakitkan,” kata Qassem Kassir, seorang analis politik Lebanon yang diyakini dekat dengan kelompok itu, kepada Al Jazeera.

"Serangan Hizbullah mengungkap kelemahan dan kerentanan yang serius," kata Imad Salamey, seorang profesor ilmu politik di Universitas Amerika Lebanon di Beirut.

Pembalasan besar terakhir Hizbullah adalah sebagai tanggapan atas pembunuhan komandan mereka , Fuad Shukr oleh Israel. 

Tanggapan itu dilakukan pada tanggal 25 Agustus dengan mengirimkan lebih dari 300 roket yang ditembakkan dan pesawat nirawak diluncurkan ke pangkalan-pangkalan Israel.

Serangan terhadap komunikasi Hizbullah juga membuat sebagian orang Lebanon khawatir bahwa invasi Israel akan segera menyusul.

Para analis mengatakan bahwa meskipun tidak yakin invasi segera terjadi, itu tidak berarti Israel tidak akan memperluas agresinya terhadap Hizbullah yang didukung Iran.

Mantan perwira pasukan khusus Amerika Serikat Seth Krummrich mengatakan, serangan ledakan pager itu mengirimkan ‘pesan yang sangat jelas’ kepada Hizbullah.

Namun, hal ini mungkin tidak akan mencapai tujuan Israel untuk memulangkan warga Israel yang terusir ke perbatasan utaranya.

Ini karena kejadian baru-baru ini menunjukkan kedua belah pihak semakin menjauh dari kesepakatan yang dinegosiasikan.

"Pihak-pihak yang bertikai semakin menjauh setiap hari, dan para petinggi di wilayah tersebut mengatakan perilaku harus diubah. Jika Israel terus maju, maka ini akan menjadi konflik yang mengerikan dan berkepanjangan," tandasnya.

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

Berita Terkait
News Update