Ketupat Selalu Ada Saat Perayaan Idul Fitri, Begini Sejarah Pertama Kali Dibawa Oleh Sunan Kalijaga

Selasa 09 Apr 2024, 21:23 WIB
Ketupat Selalu Ada Saat Perayaan Idul Fitri, Begini Sejarahnya Pertama Kali Dibawa Oleh Sunan Kalijaga (Foto: Unsplash)

Ketupat Selalu Ada Saat Perayaan Idul Fitri, Begini Sejarahnya Pertama Kali Dibawa Oleh Sunan Kalijaga (Foto: Unsplash)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Usai sudah melaksanakan puasa selama bulan Ramadhan 2024, umat Muslim akan merayakan Idul Fitri 2024. Pada perayaan Idul Fitri, akan ada hidangan khas yakni ketupat. Ternyata sejarahnya pertama kali dibawa oleh Sunan Kalijaga. 

Sudah seperti kewajiban umat Muslim menyediakan ketupat untuk menyambut hari raya Idul Fitri atau Lebaran 2024 

Biasanya ketupat dihidangkan bersama dengan opor ayam. Ketupat Lebaran dihidangkan oleh tuan rumah untuk menyambut kedatangan kerabat, sanak saudara, hingga para tetangga.

Ketupat Lebaran merupakan makanan yang terbuat dari anyaman daun kelapa atau daun pandan, lalu diisi dengan beras.

Setelah diisi beras, dikukus hingga matang dan jadilah ketupat Lebaran. Makanan ini memang tergolong simpel dan sederhana.

Namun dibalik itu semua, ketupat Lebaran ternyata memiliki makna dan sejarahnya di Nusantara.

Dikutip dan Islampos.com, ketupat Lebaran diperkenalkan ke Nusantara saat Islam masuk ke tanah Jawa.

Sunan Kalijaga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat Lebaran kepada masyarakat Jawa.

Menurut cerita rakyat, ketupat berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat Lebaran tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke 15 hingga abad ke 16.

Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islamannya.

Namun, tak memungkiri bahwa ketupat bisa jadi berasal dari zaman yang lebih lama, yakni pada zaman Hindu-Budha di Nusantara.

Hal tersebut merujuk pada zaman pra Islam. Nyiur dan beras sudah dimanfaatkan untuk makanan oleh masyarakat sebagai sumber daya alam.

Begitupun masyarakat Bali. Hingga saat ini ketupat atau disebut masyarakat Bali sebagai tipat, masih digunakan untuk ritual ibadah.

Dalam Islam, kerupat dicocokan kembali dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya.

Makna ketupat Lebaran, masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat. Kupat yang berartikan ngaku lepat atau mengakui kesalahan.

Ketupat Lebaran memiliki simbol lain yaitu laku papat (empat laku) yang melambangkan empat sisi dari ketupat.

Laku papat atau empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Maksud dari keempat tindakan tersebut adalah, Lebaran berasan dari kata lebar yang berarti selesai.

Hal tersebut dimaksudkan telah selesainya menjalani puasa dengan datangnya 1 Syawal.

Luberan yang berarti melimpah. Diibaratkan air dalam tempayan yang isinya melimpah hingga tumpah kebawah.

Simbol tersebut memberikan pesan untuk memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin, yaitu sedekah dengan ikhlas seperti tumpahnya atau lubernya air dalam tempayan.

Lalu leburan, yang berarti semua kesalahan dapat lebur atau habis dan lepas, serta dapat dimaafkan pada hari Idul Fitri.

Terakhir adalah Laburan. Di masyarakat Jawa labur (kapur) adalah bahan untuk memutihkan dinding.

Hal tersebut menandakan simbol yang memberikan pesan untuk senantiasa menjaga kebersihan diri lahir dan batin.

Usai saling bermaafan atau leburan di momen Lebaran, umat Muslim diberikan pesan agar tetap menjaga sikap dan tindakan yang baik.

Sehingga hal tersebut mencerminkan budi pekerti yang baik pula. Ketupat tak hanya menjadi identutas di Indonesia, melainkan di Asia Tenggara.

Khususnya di negara Melayu, ketupat juga identik dengan Hari Raya Idul Fitri.

News Update