SIMAK! Niat Puasa Ramadhan 2024 Menurut Ajaran Rasulullah Saw

Minggu 10 Mar 2024, 09:23 WIB
SIMAK! Niat Puasa Ramadhan 2024 Menurut Ajaran Rasulullah Saw  (ist)

SIMAK! Niat Puasa Ramadhan 2024 Menurut Ajaran Rasulullah Saw (ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Bulan Ramadhan 2024 sebentar lagi tiba. Untuk itu, simak niat puasa yang benar menurut ajaran Rasulullah Saw. Sebab, kesiapan puasa di bulan Ramadhan 2024 harus dipersiapkan. 

Begitupun dengan pengetahuan tentang puasa Ramadhan yang harus dipersiapkan. Agar puasa Ramadhan diterima oleh Allah SWT, maka harus dilandasi dengan niat. 

Niat puasa Ramadhan yang ikhlas, jika tidak dilakukan maka puasanya menjadi tidak sah. 

Rasulullah SAW manuntut umat muslim untuk tidak melupakan niat saat akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. 

Hal Tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Setiap amal tergantung pada niat. Seseorang hanya mendapat apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari). 

Jika niatnya ikhlas, maka puasanya diterima. Namun jika niat puasa tidak karena Allah, maka puasanya tidak diterima. 

Keutamaan puasa sebagaimana sudah diketahui yakni berupa ampunan dosa. Namun, hal tersebut bisa didapat jika niatnya ikhlas karena Allah. 

Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah : 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Lalu bagaimana niat puasa Ramadhan yang benar ? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber : 

1. Niat puasa Ramadhan dilakukan sebelum waktu subuh 

Puasa wajib di bulan Ramadhan harus dilakukan sebelum masuk waktu subuh. 

Hal tersebut sberdasarkan hadis Hafshah radhiallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من لم يُبَيِّتِ الصيامَ من الليل فلا صيامَ له

Barangsiapa yang belum berniat puasa di malam hari (sebelum subuh) maka puasanya batal.” (HR. An Nasa’i dan dishahihkan Al Albani)

Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ

Barangsiapa yang belum berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Daud, Ibnu khuzaimah, baihaqi)

Puasa bulan Ramadhan berbeda dengan puasa sunah. Niat puasa sunnah boleh dilakukan pagi hari asalkan sebelum waktu zawal atau tergelincirnya matahari ke barat. 

Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadis : 

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ عَلَىَّ قَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ طَعَامٌ ». فَإِذَا قُلْنَا لاَ قَالَ « إِنِّى صَائِمٌ »

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menemuiku lalu ia berkata, “Apakah kalian memiliki makanan?” Jika kami jawab tidak, maka beliau berkata, “Kalau begitu aku puasa.” (HR. Muslim no. 1154 dan Abu Daud no. 2455).

2. Niat dilafalkan dalam hati 

Semua ulama sepakat bahwa niat dilafalkan dalam hati. Niat yang diucapkan di lisan belum dianggap cukup. 

Melafalkan niat bukanlah suatu syarat dan tidak harus melafakannya. Hal tersebut sebagaimana dikatakan Imam An-Nawawi : 

النية في جميع العبادات معتبرة بالقلب ولا يكفي فيها نطق اللسان مع غفلة القلب ولا يشترط

Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan tidak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan,…” (Raudhah at-Thalibin, 1:84). 

Dalam buku yang sama, beliau juga menegaskan:

لا يصح الصوم إلا بالنية ومحلها القلب ولا يشترط النطق بلا خلاف

Tidak sah puasa kecuali dengan niat, dan tempatnya adalah hati. Dan tidak disyaratkan harus diucapkan, tanpa ada perselisihan ulama…” (Raudhah at-Thalibin, 1:268)

Dalam I’anatut Thalibin satu dari beberapa buku rujukan bagi syafiiyah di Indonesia–, Imam Abu Bakr ad-Dimyathi As-Syafii juga menegaskan:

أن النية في القلب لا باللفظ، فتكلف اللفظ أمر لا يحتاج إليه

Sesungguhnya niat itu di hati bukan dengan diucapkan. Memaksakan diri dengan mengucapkan niat, termasuk perbuatan yang tidak butuh dilakukan.” (I’anatut Thalibin, 1:65).

3. Lafal niat puasa Ramadhan

Dalam madzhab Syafi’i, kesempurnaan niat puasa Ramadhan adalah dengan lafal niat sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ الشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta’aala

Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadhan tahu ini karena Allah Ta’ala”

Sedangkan menurut Madzhab Hambali, siapa yang hatinya terbersit keinginan bahwa besok akan puasa, maka hak tersebut sudah dianggap niat.

Berita Terkait

News Update