PANDEGLANG, POSKOTA.CO.ID - Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) sedang membangun sebuah stasiun riset di Kawasan Studi dan Konservasi Badak Jawa atau Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang.
Kepala BTNUK, Ardi Andono, luas area JRSCA mencapai 5.100 hektar, di mana sekitar 0,35 hektar akan dijadikan sebagai stasiun riset, dan hingga saat ini masih dalam proses pembangunan.
"Areal kantor stasiun riset akan mencakup sekitar 0,9 hektar, yang terbagi menjadi dua bagian, diantaranya, ruang kerja yang dilengkapi dengan pondok untuk menginap seluas sekitar 0,55 hektar," ungkapnya, Minggu (18/2/2024).
Sedangkan untuk sisa luas area 0,35 hektar, diakui Ardi, akan digunakan untuk persemaian pembibitan dan pengayaan tumbuhan pakan badak serta kebutuhan lainnya.
"Selain itu, sebagai lokasi persemaian pembibitan dan pengayaan tumbuhan pakan badak yang akan dikembangkan di lahan seluas sekitar 0,35 hektare dan kebutuhan lain yang diperlukan," imbuhnya.
Lebih jauh Ardi menjelaskan, stasiun riset itu dibangun, juga sebagai sarana dan prasarana bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian di Kawasan TNUK.
"Stasiun riset ini akan menjadi fasilitas penting bagi para peneliti yang aktif di area JRSCA yang berada dalam kawasan TNUK," katanya.
Untuk masalah desain stasiun riset, menurut Ardi, jika hal itu telah dipikirkan secara matang, untuk menjaga keberlangsungan lingkungan di sekitar kawasan, dengan harapan suasana kerja yang nyaman dan ramah lingkungan dapat tercipta.
"Bangunan stasiun riset dibangun dalam bentuk panggung untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan, sehingga meningkatkan kenyamanan dan keamanan saat berinteraksi dengan alam," jelasnya.
Ia menambahkan, fasilitas dalam gedung stasiun riset tersebut antara lain, pondok peneliti atau mess, pondok kerja atau workshop, Gazebo atau Shelter, Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Penyedia air bersih, dan Persemaian.
"Jadi kita siapkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan bagi para peneliti," ungkapnya. (Samsul Fatoni).