“Malam tahun baru kalian hendak kemana?” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi.
“Seperti biasanya di rumah saja,” jawab Yudi.
“Nggak ada acara bakar ikan, ayam atau jagung?” tanya Heri lagi.
“Belum ada rencana,” jawab Yudi singkat.
“Kalau kamu gimana Bro?” tanya Heri.
“Sama, belum ada rencana malam tahun baru mau ke mana, yang pasti nggak kemana – mana,” jawab Mas Bro.
“Bagaimana kalau sesekali kita bikin acara bersama, ngopi bareng di mana gitu?,” usul Heri.
“Boleh juga sih ide itu. Tapi kalau cuma ngopi bareng sudah biasa. Tiap hari kita maksi bareng, ngopi bareng. Bikin acara yang beda dong,” kata Yudi.
“Beda itu tidak harus menunya, tetapi suasana malam tahun barunya yang beda,” kata Heri.
“Kalau cuma cari suasana buat apa? Kalau ngopi bareng ya suasananya itu .. itu saja, Mau tahun baru, mau malam Minggu, Rabu, kelabu, judulnya tetap saja ngopi bareng,” jelas Yudi.
“Sudah, tak perlu debat. Baru sebatas gagasan saja sudah saling debat, bagaimana kalau gagasan itu dijalankan, debatnya bisa jadi semakin tidak karuan,” ujar Mas Bro berusaha menengahi.
“Namanya mau bikin acara bersama perlu dikoordinasikan, disinkronkan dong dengan menampung ide dan gagasan sehingga hasilnya menjadi kesepakatan bersama,” ujar Heri.
“Betul Bro. Debat tadi untuk mencari titik temu. Bukan untuk menang – menangan,” tambah Yudi.
“Bagaimana mencapai titik temu kalau hal yang tidak prinsip sudah diperdebatkan. Soal suasana tidak perlu diperdebatkan. Suasana tidak perlu dicari, suasana tahun baru akan datang sendiri seiring berjalannya waktu,” jelas Mas Bro.
“Jadi gimana, kita jadi bikin acara malam tahun baru bersama nggak?” tanya Heri.
“Saya nggak ikut. Saya mau di rumah saja,” kata Mas Bro.
“Loh kok begitu, nggak kompak dong kita,” kata Heri.
“Soal pilihan tidak harus kompak. Beda pilihan tak perlu diperdebatkan,” ujar Mas Bro. Mendengar itu, kedua sohibnya hanya angkat bahu. (joko lestari)