Natal dan Tahun Baru (Nataru)

Sental-Sentil

Obrolan Warteg: Toleransi Berpolitik

Selasa 26 Des 2023, 05:00 WIB

TOLERANSI menjadi kata yang acap diperbincangkan setiap perayaan hari besar keagamaan, termasuk Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan lainnya.

Para elite politik tak ketinggalan menekankan perlunya membangun toleransi sesama umat beragama.

“Yang lebih penting lagi, toleransi hendaknya bukan menjadi kata yang acap diperbincangkan, tetapi diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya diperdebatkan, tetapi diterapkan,“ kata mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya,Heri dan Yudi.

“Setuju, yang penting adalah praktik kehidupan secara nyata. Buat apa sering dibahas kalau jauh dari realitas,” kata Heri.

“Toleransi juga bukan hanya menyangkut soal beragama, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Artinya dalam semua sektor kehidupan,” tambah Yudi.

“Toleransi sejatinya perwujudan dari sikap saling menghormati, menghargai sebagaimana diajarkan oleh para leluhur kita, pendiri negeri yang telah dilegalkan dalam falsafah bangsa kita, Pancasila,” jelas mas Bro.

“Dalam butir- butir pengamalan Pancasila, di antaranya disebutkan perlunya mengembangkan sikap tenggang rasa.

Artinya menghargai pendirian orang lain yang berbeda dengan kita, termasuk dalam berpolitik,” kata Yudi.

“Itu teori, lantas praktiknya seperti apa. Ini yang penting,” kata Heri.

“Menghargai perayaan keagamaan umat agama lain.

Di lingkup terkecil, di tingkat RT /RW, dengan tetangga kita yang beda agama, kita wajib saling menghargainya,” kata Yudi.

“Lantas bagaimana penerapan toleransi dalam politik?,” tanya Heri.

“Toleransi politik berarti saling menghargai hak politik masing-masing. Tidak saling menyalahkan karena beda pilihan dalam pilpres, pileg maupun pilkada. Ini perlu keteladanan melalui aksi nyata para elite politik,” kata Yudi.

“Bukan hanya saling menghargai pilihan politik, tetapi yang lebih penting tidak memaksakan kehendak bahwa pilihannya yang paling baik dan benar. Yang lain salah, jadi tidak perlu dipilih,” tambah mas Bro.

“Jangan ada pemahaman bahwa orang lain yang beda pilihan adalah musuh. Ini yang harus dicegah, wajib dihindari,” urai Yudi.

“Pilihan politik boleh beda,tetapi kita tetap bersaudara. Pilihanmu harus kuhargai, pilihanku harus kau hargai juga.Itulah toleransi dalam berpolitik,” pungkas mas Bro. (joko lestari)

Tags:
Obrolan WartegToleransi BerpolitikSental-SentilNatal dan Tahun Baru (Nataru)

Administrator

Reporter

Administrator

Editor