DALAM dunia politik kita kenal sejumlah istilah mulai dari trik dan intrik politik, manuver politik, gimmick politik, insting politik hingga politik pencitraan dan masih banyak lagi.
Dikenal juga istilah politik balas budi atau acap disebut politik etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek) adalah pendekatan dalam politik yang menekankan kepada prinsip etika dan moral dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dari berbagai sumber menyebutkan konsep politik etis berupaya memadukan nilai-nilai moral dengan tindakan politik yang mengutamakan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umum.
Konsep politik etis begitu mulia karena menuntut tanggung jawab moral bagi para politisi untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat, sebagaimana tujuan berpolitik itu sendiri.
Untuk menuju ke sana menuntut politisi yang berintegritas, memiliki kepedulian tinggi atas kebutuhan rakyatnya saat ini dan mendatang, dalam hal ini apa yang menjadi kehendak, harapan dan aspirasi rakyat.
Bagaimana menakar kehendak rakyat yang begitu beragam? Jawabnya perlu kejelian para elite politik dalam menyikapinya.
Mampu menelaah kehendak rakyat, memiliki kemampuan merespons dengan cepat dan tepat apa yang sesungguhnya dibutuhkan rakyat, paham makna dibalik aspirasi yang disalurkan.
Dapat merasakan apa yang dirasakan masyarakat (empati).
Berkemampuan bagaikan menyerap denyut nadi masyarakat.
Ini yang disebut “Sense of politics”, artinya memiliki insting menyikapi situasi yang terjadi, kemudian meramunya, mengolahnya, merumuskan dan mempraktikkan dalam tindakan politik secara nyata.
Era kampanye, adalah momen tepat bagaimana para elite lebih menajamkan “rasa politik”, terhadap kehendak rakyat yang akan diwakilinya.
Taburkan rasa wangi politik dengan membangun dialog interaktif, dua arah.
Bukan searah dengan memaparkan banyak pernyataan, tetapi minim gagasan.
Lebih-lebih jika hanya menjual janji dan mimpi.
Era kampanye sejatinya tidak hanya menyerap aspirasi yang dikehendaki masyarakat, tetapi sekaligus menggali potensi, apa yang bisa dikembangkan untuk kemajuan daerah setempat.
Tak kalah pentingnya, hendaknya pulang dengan membawa banyak pesan dari rakyat sebagai bahan acuan dalam pengambilan kebijakan kelak, setelah terpilih sebagai wakil rakyat, setelah mendapat mandat rakyat.
Bukan sebaliknya, meninggalkan banyak permintaan, jangan lupa memilihnya. (*)