“Rakyat sungguh-sungguh memerlukan teladan dari para elite untuk melakukan kampanye yang sejuk, bersahabat, bermutu dan mudah dipahami, agar mereka tidak salah pilih..”
-Harmoko-
Dinamika Pilpes kian memanas, saling serang pernyataan sesama capres semakin terbuka, adu gagasan bertambah sengit, begitu pun kritikan yang disampaikan langsung mengena sasaran.
Meski begitu eskalasi ini masih wajar –wajar saja, sebagai bagian dari dinamika demokrasi, lebih – lebih di era kampanye pilpres, terbuka peluang bagi masing – masing capres memaparkan visi misinya, program dan gagasannya.
Kesempatan bagi capres untuk lebih meyakinkan kepada publik soal gagasannya yang paling baik, paling bermanfaat dan paling realistis untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara, setidaknya lima tahun ke depan.
Bahwa setiap capres mengatakan gagasan yang diusung adalah yang terbaik, paling bagus dalam menyelesaikan segala persoalan bangsa, memang begitulah adanya. Itu sah – sah saja. Dan, itu pula yang hendaknya dipertanggungjawabkan, kelak, jika mendapat mandat rakyat untuk memimpin pemerintahan, mengurus negara dan rakyatnya.
Jika ada yang menilai bahwa gagasan yang diusung sangatlah buruk, tidak realistis, hanya menjual mimpi untuk meraih simpati, sikapilah secara bijak. Tidak perlu marah, tidak perlu tersinggung, tidak pula merasa terhina.
Hargai pendapat orang lain, sebagai bentuk menghormati adanya perbedaan pendapat sebagaimana sendi – sendi demokrasi kita yang merujuk kepada nilai – nilai luhur falsafah bangsa, Pancasila.
Bersikap bijak berarti senantiasa menggunakan akal budinya, bukan hanya mengandalkan kepandaiannya, ketika merespons situasi, mendapat kritikan, hinaan maupun cercaan. Begitu juga dalam dialog di ruang publik, termasuk dalam berdebat, beradu argumen dan gagasan.
Seseorang dapat dikatakan bijaksana, jika selalu bertindak berdasarkan akal sehat dan logika sehingga dapat bersikap tepat dalam menghadapi setiap keadaan dan peristiwa.
Orang yang bijaksana lazimnya tidak egois, menghargai pendapat orang lain, serta menjaga perasaan orang lain.
Memang cukup sulit sekali menjadi orang bijak di tengah era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, apalagi di tahun politik ini yang diwarnai dengan polarisasi dukungan, belum lagi disinformasi politik yang tak jarang mendiskreditkan seseorang atau kelompok tertentu.
Namun, sesulit apa pun, para elite politik, utamanya mereka yang sekarang berlaga dalam kontestasi pilpres,bersikap bijak dalam merespons situasi sangatlah penting.