Sental-Sentil

Obrolan Warteg: Mengemas Isu Seksi

Rabu 13 Des 2023, 05:00 WIB

KENAIKAN harga sembako jelang Nataru (Natal dan Tahun Baru) bukan sesuatu yang baru terjadi.

Bahkan, dapat dikatakan rutin terjadi sebagaimana kenaikan harga sembako menjelang Puasa dan Lebaran.

Seperti yang terjadi  awal pekan ini, mayoritas harga pangan mengalami kenaikan.

Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional, sejumlah komoditas pangan mulai dari beras, sayur mayur, telur hingga daging
merangkak naik.

Besaran kenaikan cukup bervariasi, persentase kenaikan terjadi pada jenis cabai, baik yang merah maupun keriting.

Malah, di beberapa daerah dua kali lipat dari harga normal.

Seperti di Bengkulu, harga cabai merah tembus Rp95.000 per kg dari harga normal Rp45.000.

“Karena rutin terjadi, lantas dianggap biasa saja?,” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Bagi yang punya uang berlebih kenaikan cabai, mungkin saja dianggap biasa saja, tetapi bagi kami rakyat kecil, apalagi pedagang warteg, tentu menjadi masalah,” kata Yudi.

“Tetapi sekecil apa pun kenaikan harga harus diantisipasi karena berdampak meningkatnya laju inflasi dan merosotnya daya beli masyarakat,” kata mas Bro.

“Di era sekarang ini, di tahun politik ini, soal kenaikan harga bisa dikemas sebagai isu seksi dalam kampanye,” ujar Yudi.

“Segala sesuatu yang berkaitan dengan kenaikan baik yang berkonotasi negatif maupun positif bisa digarap menjadi isu seksi,” kata mas Bro

“Maksudnya bagaimana Bro?,” tanya Heri.

“Kalau kenaikan harga menjadi isu seksi untuk mengkritisi, tetapi kenaikan gaji, tunjangan untuk mendongkrak kesejahteraan, bisa dikemas menjadi isu seksi meraih simpati,” jelas mas Bro.

“Apalagi yang serba gratis, isunya semakin seksi dong? Misalnya pendidikan gratis, biaya kesehatan gratis, biaya melahirkan gratis,” ujar Heri.

“Di beberapa negara, ada beberapa biaya yang digratiskan bagi warganya alias ditanggung negaranya yang kaya raya,” kata mas Bro.

“Bagi kita rakyat kecil, yang penting harga terjangkau, barang tersedia, uang untuk membelinya selalu ada, sehingga makan di warteg tak perlu ngutang lagi. Kalian paham nggak maksudnya?,” kata Yudi.

“Makudnya sih paham karena itu juga harapan kita. Cuma bagaimana caranya?,” ujar Heri balik bertanya.

“Nggak usah repot, biar para elite dan calon pemimpin bangsa yang mencarikan jalan,” jelas mas Bro. (joko lestari)


 

Tags:
NataruObrolan WartegSental-SentilMengemas Isu Seksi

Administrator

Reporter

Administrator

Editor