Demokrasi di negeri kita tergolong maju, perkembangan demokrasi diakui dunia. Tetapi kemajuan tidak akan menghasilkan sesuatu yang bermakna, jika hanya diwarnai adu debat karena beda pendapat.
“Bukannya perbedaan pendapat adalah ciri adanya demokrasi. Jadi sah – sah saja dong beda pendapat itu,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Beda pendapat adalah dinamika demokrasi, tetapi bukan lantas selamanya perbedaan itu diperdebatkan tiada ujung pangkalnya. Perbedaan harus dihargai, bukan untuk diperdebatkan,” kata Yudi.
“Kalau perbedaan terus diperdebatkan, ujungnya menjadi adu debat. Saat sekarang yang dibutuhkan adu gagasan, bukan adu debat,” kata mas Bro.
“Saya setuju Bro. Kualitas pemilu harus ditingkatkan dengan menjual adu gagasan, adu program, adu konsep untuk membabngun bangsa,” ujar Yudi.
“Kalau sudah adu debat, yang muncul adalah ingin pengakuan, ingin dirinya yang paling benar. Lainnya salah,” kata mas Bro.
“Terus dialog kita ini sudah termasuk adu debat nggak?,” kata Heri.
“Belum, tetapi bisa mengarah ke sana , jika di antara kita tidak ada yang mengalah. Karena itu kita akhiri saja soal adu debat. Lebih baik adu gagasan,” kata mas Bro.
“Oke. Gagasan apa yang akan kalian sampaikan,” kata Yudi.
“Kalau gagasan saya sih sederhana saja, bagaimana penghasilan kita bisa meningkat,” kata Heri.
“Itu bukan sederhana, tetapi perlu pemikiran njlimet, “ kata Yudi.