JAKARTA, POSKOTA.CO.ID- Dilaporkan setidaknya terdapat 24 orang meninggal dunia, karena hujan lebat disertai petir dan badai es di India.
Melansir BBC News, setidaknya terdapat 18 dari 24 kematian yang terjadi disebabkan oleh sambaran petir.
Selain itu, cuaca ekstrem tersebut juga merusak rumah-rumah serta membunuh ternak di seluruh wilayah Gujarat Barat.
Gujarat dilanda hujan lebat disertai badai petir dan hujan es dua hari berturut-turut, dengan curah hujan hingga 144mm atau 5,7 inci dalam 24 jam.
Para ahli meteorologi pun menyebut, sebenarnya badai jarang terjadi di Gujarat selama musim dingin. Untuk itu, mereka memperingatkan bahwa adanya kenaikan suhu global dapat memicu lonjakan cuaca ekstrem.
Kepala Departemen Metrologi India, Manorama Mohanty menuturkan, tabrakan tiga sistem cuaca di Gujarat yang menyebabkan sambaran petir.
“Angin ini adalah angin timur yang mengalir dari Laut Arab, Gangguan Barat di Himalaya Barat, dan Sirkulasi Siklon di Gujarat Selatan,” kata Mohanty dilansir BBC News, Selasa (28/11/2023).
Sebelumnya, sambaran petir telah menewaskan lebih dari 100.000 warga India pada tahun 1967 dan 2019. Lantas, Jumlah tersebut mencakup lebih dari sepertiga kematian yang disebabkan oleh bencana alam selama periode ini.
Meskipun jumlah sambaran petir di India meningkat. Namun, jumlah korban jiwa telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini disebabkan oleh pemerintah yang telah meningkatkan pengelolaan risiko petir, termasuk perkiraan dan sistem peringatan dini.
Kendati demikian, Dewan Promosi Sistem Pengamatan Ketahanan Iklim mencatat, ada lebih dari 18 juta sambaran petir antara April 2020 dan Maret 2021.
Jumlah tersebut meningkat sebesar 34 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah mengungkapkan rasa sedihnya atas para korban dari bencana tersebut dan pemerintah akan memberikan upaya bantuan.