“Ibaratnya, pilihan yang dipaksakan akan menyisakan derita kehidupan, seperti halnya perjodohan yang dipaksakan. Boleh jadi melimpah di materi, tetapi nyesek di hati,” kata Yudi.
“Kayak punya pengalaman saja mas,” tanya Ayu Bahari, pedagang warteg ikut nimbrung dalam obrolan.
“Itu kata orang, tetapi kalau pengalaman soal terima angpo pemilu sih, pernah saya tolak,” kata Yudi.
“Wah hebat dong, inilah yang disebut pemilih cerdas,” kata Heri.
“Iya saya tolak karena menyangkut harga diri, masa cuma segitu,” tambah Yudi.
“Oh.. walah ditolak karena kurang banyak?” tamnah Heri.
“Bukan soal kurang banyak, tetapi caranya tidak santun.Saya suka dengan sosok yang disodorkan, tetapi karena cara penyampaiannya, terkesan merendahkan, maka saya tolak,” urai Yudi.
“Setuju bagaimana berkomunikasi dengan calon pemilih, juga perlu dikemas dengan baik agar menjadi tertarik, bukan menampik. Intinya jangan memaksa calon pemilih,” pungkas mas Bro. (joko lestari)