“Dalam menghadapi situasi era kini yang terus berubah, kadang tak terduga
sebelumnya, pandai membaca keadaan kian dibutuhkan bagi para elite politik
dan pemimpin, untuk mengambil kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi
khalayak.”
-Harmoko-
Dinamika politik terus bergerak begitu masif, juga variatif. Atraksi politik yang
digulirkan kadang dengan mudah dapat ditebak kemana arah dan tujuan.
Namun, tak jarang sulit dipahami karena tersembunyi, tetapi acap pula
mengejutkan dan membuat kegaduhan.
Dalam pekan ini dan sepekan ke depan, jelang pendaftaran pasangan calon
presiden dan wakil presiden,diprediksi akan banyak kejutan yang bakal terjadi.
Boleh jadi akan ada atraksi yang mengagetkan khalayak. Kaget, karena
perubahan begitu drastis dan datang – tiba tanpa diduga sebelumnya.
Ibarat angin berbalik arah, semula tegak lurus menuju ke utara, tiba – tiba
berputar ke barat dan timur menuju selatan. Membuat publik terkejut,
terperanjat dan terpana dengan atraksi politik yang mengagetkan adalah sah –
sah saja sebagai bagian dari strategi yang dijalankan untuk menarik perhatian.
Bisa jadi berbuah manis dengan memunculkan simpati dan ketertarikan publik
sehingga mengerek elektabilitas dan dukungan. Tetapi, bisa jadi sebaliknya,
menuai kontroversi.
Lepas dari hasil yang didapat, satu poin telah terlampaui, setidaknya membuat
publik terperanjat atas sebuah keputusan politik yang perlu dicermati.
Lantas bagaimana kita menyikapi? Jawabnya akan beragam, se-beragam sudut
pandang dan kepentingan yang melatar-belakanginya.
Yang jelas, kita dituntut senantiasa berpikir jernih dalam menyikapi dinamika
politik yang terjadi belakangan ini. Memiliki pijakan kuat dalam merespons
perkembangan yang terjadi, agar tidak terombang – ambing terbawa arus politik
yang belum pasti.
Ada filosofi hidup yang patut menjadi tuntunan, rujukan bagaimana menyikapi
kondisi lingkungan seperti diajarkan Sunan Kalijaga, yakni, “Ojo gumunan, ojo
getunan, ojo kagetan dan ojo aleman”
Ojo gumunan dapat diartikan jangan mudah terheran – heran. Ojo getunan,
artinya jangan mudah menyesal. Ojo kagetan berarti jangan mudah terkejut,
kaget, terperanjat. Dan, ojo kolokan adalah jangan manja karena dikelilingi
orang – orang yang senantiasa menyanjungnya, mengaguminya dan
menghormatinya.
Makna yang dapat kita petik, janganlah berlebihan dalam menyikapi sesuatu.
Jangan secara terus menerus menyesali sesuatu yang telah terjadi akibat
ketidakcermatan, kelalaian yang telah dilakukan sebelumnya.
Hapus pikiran yang merugikan diri sendiri karena senantiasa diselimuti
bayangan “seandainya begini, tentu hal itu tidak akan terjadi.”
Jangan pula mudah terkaget – kaget atas situasi yang terjadi, menimpa diri dan
lingkungan. Kita boleh menyaksikan dinamika politik yang acap diwarnai
dengan keputusan yang cukup mengejutkan, tetapi hendaknya tidak ikut
terbawa arus “keterkejutan”.
Wajar saja kalau ada yang mengemas politik kagetan, politik yang membuat
orang terkejut,terperanjat, terpana, bahkan terpesona, tetapi sikapi dengan
jernih. Terpenting tidak lantas menjadi kagetan.
Sikap kagetan akan melemahkan daya kritis dalam merespons situasi, termasuk
keputusan politik untuk kemaslahatan umat. Dapat pula menurunkan kepekaan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dan, dapat menggoyahkan jati diri.
Sementara jati diri sebagai bangsa bermoral, beretika, beradab dan berbudaya
sebagaimana nilai – nilai luhur Pancasila, wajib kita kokohkan dan kuatkan agar
tidak terseret arus negatif, permainan culas dan kotor.
Dengan jati diri yang kokoh dan kuat, dengan mudah dapat menghindari
beragam hoax, narasi yang menghebohkan dan mengagetkan, tetapi sejatinya
menyesatkan karena tak jarang menggiring isu perselisihan dan pertentangan.
Kita harus menguatkan pondasi jati diri, ada di mana, di posisi mana, berdiri di
mana dan hendak melangkah ke mana. Tentu menuju ke arah yang lebih baik
lagi.
Itulah perlunya pandai membaca keadaan, seperti dikatakan Pak Harmoko
dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Begitu pun bagi para pemimpin di level manapun, para elite politik, dalam
menghadapi situasi era kini yang terus berubah, kadang tak terduga sebelumnya,
pandai membaca keadaan kian dibutuhkan untuk mengambil kebijakan yang
tepat dan bermanfaat bagi khalayak.(Azisoko).