Teks Foto: Ketua MUI KH Asrorun Niam Sholeh MA. (ist)

Nasional

Pewarna Makanan dan Minuman Karmin Halal Sepanjang Tidak Membahayakan, Ini Penjelasan MUI

Kamis 28 Sep 2023, 15:33 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Media massa ramai memperbincangkan perwarna alami karmin yang berasal dari serangga Cochineal, bahkan hal tersebut sempat viral.

Umumnya, pewarna ini bisa digunakan untuk berbagai jenis makan dan minuman. 

Penggunaannya telah difatwakan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdasarkan Fatwa MUI No. 33 Tahun 2011 tentang Hukum Pewarna Makanan dan Minuman dari Serangga Cochineal.

Demikian dikatakan Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof HM Asrorun Niam Sholeh MA di Jakarta, Kamis (28/9/2023). 

Asrorun menjelaskan secara jelas fatwa ini menyebutkan bahwa pewarna makanan dan minuman yang berasal dari Cochineal hukumnya halal, sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan.

Dalam Ilmu Biologi, hewan ini digolongkan serangga karena termasuk kelas insecta, dengan genus Dactylopius, ordo Hemiptera dan species Dactylopius coccus.

Serangga ini hidup di atas kaktus dan memperoleh nutrisi dari tanaman, bukan dari bahan yang kotor.

Hewan ini mempunyai banyak persamaan dengan belalang, termasuk darahnya yang tidak mengalir. 

Baru-baru ini, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jawa Timur membahas hukum pewarna dari karmin yang dinyatakan najis dan menjijikkan.

Atas munculnya pendapat tersebut, Prof. KH. Asrorun menghargai pembahasan dan juga hasil keputusan LBM NU Provinsi Jawa Timur terkait dengan hukum penggunaan karmin untuk kepentingan pewarna makanan.

Menurutnya, hal ini bagian dari proses istijhad yang perlu dihormati.

"Pada hakekatnya MUI dan LBM NU memiliki kesamaan perspektif dan pandangan dalam penetapan fatwa keagamaan, khususnya masalah ibadah dan pangan, yakni dengan menggunakan pendekatan ihtiyath atau kehati-hatian, dan sedapat mungkin keluar dari perbedaan fiqiah," kata Asrorun.

"Hanya saja penetapan hukum berbeda akibat dari perbedaan tashawwur masalah. MUI menggunakan pendekatan tahqiqul manath dengan memeriksa detil jenis hewan yang digunakan sebagai pewarna tersebut, mengingat jenis serangga itu sangat beragam. Sementara LBM NU, kalau membaca hasilnya, menyebutkan hukum serangga secara umum,” terang Kiai Niam.

Pendekatan al-ihtiyath (hati-hati) dan al-khuruj min al-khilaf atau sedapat mungkin keluar dari perbedaan pandangan fuqaha.

Hal ini bisa dilihat dari fatwa-fatwa MUI, khususnya yang saat ini sedang dibahas berkaitan dengan hasyarat atau serangga secara umum.

"Khusus terkait masalah pewarna hewan cochineal ini, MUI sebelum menetapkan fatwa, mengundang khusus ahli entomologi dari Departemen Proteksi Tanaman dan ahli bioinsektisida yang disertasinya khusus meneliti soal ini di Cardiff University Inggris, dan memberikan informasi utuh mengenai jenis hewan cochineal yang digunakan sebagai pewarna”, tegas Kyai Niam.

Aas dasar itu, MUI menetapkan fatwa bahwa penggunaan Cochineal untuk kepentingan pewarna makanan hukumnya halal sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan," pungkas pengasuh Pesantren Al-Nahdlah Depok ini mengakhiri penjelasan. (johara)

Tags:
Pewarna MakananMinuman KarminMinuman Karmin HalalMajelis Ulama Indonesia (MUI)

Reporter

Administrator

Editor