Dua Bulan Air Mati, Warga Bekasi Kecam Kinerja  PDAM

Senin 18 Sep 2023, 08:03 WIB
Ilustrasi warga antre air bersih akibat kekeringan. (Foto: Ist).

Ilustrasi warga antre air bersih akibat kekeringan. (Foto: Ist).

BEKASI, POSKOTA.CO.ID – Sebagian warga  di Kecamatan Tarumajaya dan Babelan, Kabupaten Bekasi sudah hampir dua bulan ini tidak menikmati air bersih pasokan dari PDAM setempat.

Kondisi itu lantaran distribusi air terkendala,  akibat air olahan tercemar limbah yang imbasnya membuat warga sengsara.

Ani (28) warga Desa Setia Mulya , Kecamatan Tarumajaya di antaranya yang saat ini merasakan ‘kesengsaraan’ itu. Wanita karyawati perusahaan swasta ini sudah hampir dua bulan mesti dibikin repot saat akan mandi.

Untuk kebutuhan dirinya terpaksa harus antri meminta air sumur dari tetangga.  

"Saya pulang kerja sudah malam, terus air PDAM tuh mati, kirain cuma sehari dua hari, ditunggu sampe Jum'at gak nyala, alhasil harus antri air ke tetangga," kata Ani kepada  Poskota ,  Minggu (17/9).

 Alasan ia mengantri  air ke tetangga karena air masih cukup mengalir di pemukiman pada dataran rendah, sementara ia tinggal di dataran tinggi. Parahnya, aktifitas kesulitan mendapatkan air bersih ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir.

"Kita harus antri ambil air dari keran orang yang rumahnya di dataran rendah, tapi keluarnya kecil, jadi saya sering angkat galon (air usai ditampung), keluhnya.

 Meski belum mengetahui penyebab kepastian dampak kesulitan air bersih ini, ia berharap pihak terkait segera melakukan perbaikan.

"Harapannya PDAM ga gini lagi, aku sempet baca karena tercemar akibat pembangunan, harusnya saat mau bangun ada perhitungan mengenai air yang tercemar ini kan, kenapa bisa sampai kaya gini gitu," harap Ani.

 Kinerja Buruk

 Di tempat terpisah  kemarahan dan ketidakpuasan warga Kebon Kelapa, Bekasi, semakin memuncak akibat kegagalan PDAM Tirta Bhagasasi dalam memberikan pasokan air bersih yang memadai.

Krisis air yang telah berlangsung selama tiga hari terakhir telah mengungkapkan kelemahan serius dalam penyediaan layanan PDAM tersebut, dan komunitas setempat tidak tinggal diam.

Ketidakpuasan itu juga dilontarkan tokoh masyarakat, Sanusi. Ia mengecam kepada PDAM atas kinerja buruk yang diberikan oleh warga.

“PDAM adalah lembaga publik yang diberi tanggung jawab untuk menyediakan pasokan air bersih yang memadai kepada masyarakat. Krisis ini mencerminkan kegagalan PDAM Tirta Bhagasasi dalam memenuhi tugas utamanya, yang mengakibatkan penderitaan warga yang tidak bersalah,” ujarnya.

Sanusi  menyayangkan tidak hanya pasokan air yang minim, tetapi juga kualitas air yang buruk menjadi perhatian utama. “Air yang keruh dan mengandung kotoran adalah ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat. PDAM harus memprioritaskan penyediaan air bersih yang aman dan layak konsumsi,” jelasnya.

Dirinya pun menuntut kepada PDAM Tirta Bhagasasi untuk memulihkan pasokan air bersih dan meningkatkan layanannya. “Pihak berwenang harus melakukan audit menyeluruh terhadap PDAM untuk memastikan pengelolaan yang efisien dan efektif,” katanya.

Menurutnya, kecaman ini bukan hanya tentang mengungkapkan kemarahan, tetapi juga tentang menuntut akuntabilitas dan perbaikan dalam penyediaan layanan publik yang sangat penting. “Masyarakat berhak mendapatkan akses terhadap air bersih yang aman, dan PDAM harus memenuhi kewajiban ini tanpa merugikan kehidupan mereka,” tandasnya. (ihsan fahmi/yh)

 

News Update