BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Sudah jatuh, tertimpa tangga. Ungkapan itu, rasanya tepat bagi Suhadi (53) security di SMAN 18 Kota Bekasi. Ia berhentikan pihak sekolah karena dituding terlibat dalam percaloan penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Suhadi telah menjadi pekerja honor sejak 2013, mendapatkan surat pemecatan langsung oleh Kepala sekolah SMAN 18 Kota Bekasi.
Pusing dengan kabar tak enak itu, dirinya kemudian mengungkapkan ada dugaan unsur main belakang dalam perekrutan PPDB di SMAN 18 Kota Bekasi.
Rupanya, hal ini berdekatan langsung dengan sang petugas operator sekolah berinisial Asep. belakangan Asep merupakan sosok sakti yang dapat meloloskan para siswa yang gagal test.
"Itu kan ortu yang gagal tahap pertama, yaitu prestasi, rapot, apa, yang pengen masuk di tahap kedua, kalau kayak gini udah masuk kedalam jalur belakang kali yak," ujar Suhadi, Minggu (13/8/2023).
Intrik punya intrik, aksi bulus ini dilakukan sejak satu bulan yang lalu, ketika masa PPDB selesai.
Saat itu, Suhadi yang masih bertugas, didatangi oleh para orang tua calon siswa yang gagal masuk PPDB SMAN Favorite.
Sontak, Suhadi mengatakan bila dirinya tidak tahu, namun ia memberi tahu ke Asep staf petugas operator.
"Awalnya banyak orang yang nitip ingin masukin anak-anaknya ke sekolahan, saya jawab ke orang tua, saya bilang belum tahu, saya tanya teman saya dulu, begitu saya tanya, nama nya Asep dia itu operator SMAN 18, bisa gak, bisa pak!," Lugas Suhadi.
Pihak sekolah memberikan dua kelas kosong, yang diduga sebagai tempat bernaung para calon siswa PPDB melalui jalur Asep.
Percaya dengan ucapan Asep, Suhadi memberi tahu orang tua, dan memberikan sejumlah persyaratan yang diberikan Asep.
"Dan akhirnya ada yang nitip ke saya ada sekitar 13 orang, itu 12 orang ke SMA 18 dan 1 orang ke SMA N 1 Kota Bekasi melalui AS, saya memang percaya sama AS, tahun lalu, lancar lancar aja melalui AS," bebernya.
13 orang tua tersebut kemudian memberikan persyaratan itu ke Suhadi, dan Suhadi akhirnya mengoper ke Asep.
Namun hingga dua pekan berselang, 13 orang yang menyerahkan sejumlah persyaratan, tidak dapat menemukan kejelasan.
Kabar terakhir, Asep rupanya menghilang dan sulit dijumpai untuk dimintai keterangan. Suhadi pun pusing bukan kepalang.
Suhadi menyebut, uang persyaratan itu berfariatif, dari 7 juta hingga Rp20 juta.
"Sudah saya serahkan 13 berkas dan amplop nya semua, total 7 juta di kali 12 orang dan satu orang ke SMA 1 itu 20 juta, jadi ada 104 juta," katanya.
Hingga kini, S mencoba menemui Asep untuk bertanggung jawab, dirinya merasa dikejar kejar oleh orang tua karena, 13 orang siswa tersebut tak ada satupun yang lolos masuk SMA N Favorit.
"Teror tidak ada, uang pengen kembali, uang ini tidak ada di saya, jawaban ortu saya tidak mau tahu, karena saya serahkan ke pak Suhadi," keluh Suhadi.
Sementara itu, dikediaman Asep, di Kampung Mede, Bekasi Timur, juga tak ada dirumah. Mertua Asep, yaitu Suwardi pun berharap, ia dapat bertanggung jawab.
"Mau saya itu temuin aja, hadepin, nanti kan dimusyawarahkan tuh, terbuka semua satu kena kena semua, nggak mungkin dia sendiri yang kena," ucap Suwardi. (Ihsan Fahmi).