"Saya ajarkan membuat desain tanpa harus pintar menggambar dengan berbagai cara. Kita sempat putus kontak saat dia SMA karena di Bandung dan bertemu lagi di Komunitas Cat Air Indonesia. Saat saya berkunjung ke rumahnya untuk mengajak pameran, ternyata banyak karya-karyanya yang menarik," ucap Fendi.
Fendi mengatakan, karya IGO memiliki ciri khas yaitu memvisualisasikan garis, huruf yang membentuk sebuah gambar.
Selain itu, beberapa gambar juga menggunakan teknik mirror (cermin) vertikal horizontal yang tentunya membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi.
Karya Igo dikuratori oleh pelukis ternama asal Bandung, Diyanto.
Dia mengatakan, alur goresan garis yang diciptakan pena, pensil, pastel maupun kuas dalam karya Igo dapat merincikan arah, dimensi dan ukuran.
"Secara keseluruhan karya-karya yang dibuat oleh IGO memperlihatkan suatu kecenderungan khas, memperlihatkan bagaimana unsur garis demikian berperan dalam perwujudan karyanya. Tindakan yang dilakukan IGO, nampak menonjolkan keutamaan cara menarik garis yang mendefinisikan bentuk atau tepi dan lebih tepat disebut kontur di atas permukaan bidang gambar," kata Diyanto.
Diyanto menjelaskan kontur yang ditarik dan ditegaskan oleh IGO sejatinya tidak hanya menggambarkan tepi terluar dari suatu bentuk (kontur murni), melainkan mewujudkan suatu imaji berdasar tindakan (aksi) yang telah menjadi kebiasaan atau tindakan sadar.
Suatu kebiasaan (tindakan) yang berpijak pada cara kerja intuitif.
"IGO dalam setiap kerja artistiknya, seakan bertolak dari tindakan spontan dalam menarik garis. Layaknya menggambar kontur buta (blind contour drawing), yakni kebiasaan tindakan untuk tidak mengangkat alat yang digunakan menarik garis atau menggambar sebelum garis itu mewujud," ungkapnya.
"Karya-karya IGO secara tidak langsung mengingatkan kita bahwa apa yang kita harap selaku kenyataan, pada dasarnya adalah apa yang kita imajinasikan (being is imaginary). Maka citra atau imaji yang dihadirkan IGO dalam karyanya selain merupakan ekspresi yang mewakili pikiran dan hati, berhubungan pula dengan ketajaman kesadaran dalam mengolah makna dan nilai dibalik 'bentuk' terkait dunia batinnya," tambahnya.
Diyanto berharap, semoga kehadiran perupa muda tersebut menjadi kebanggaan bagi warga Sukabumi khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. (mia)