JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kemacetan di Ibu Kota masih menjadi persoalan besar. Pasalnya, walaupun sudah berganti pemimpin, kemacetan di Jakarta tak dapat dihindari.
Salah satu pengemudi motor asal Ciracas, Jakarta Timur, bernama Muhamad Rino (30) menyebut, dibawah kepemimpinan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono semakin parah dibandingkan Gubernur sebelumnya Anies Baswedan.
"Parah pak, kacau bangat, mending zaman Anies dari pada Gubernur (Pj Heru) seklarang," kata Rino saat ditemui Poskota dikawasan Jatinegara, Senin (6/3/2021).
Ia juga mengatakan bahwa Heru Budi seperti tak serius dalam memimpin Jakarta. Sebab, yang menjadi program prioritasnya sampe sekarang belum juga terlaksana.
"Mana janjinya, sampe sekarang buktinya Jakarta masih banjir, masih macet juga," tegasnya.
Maka dari itu, Rino pun berharap, Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono dapat segera menuntaskan masalah kemacetan yang menjadi persoalan akut di Ibu Kota.
"Pokonya gini yaa saya berharap Gubernur sekarang bisa tuntaskan persoalan di Jakarta," harapnya.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mempersiapkan sejumlah program untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota
Program pertama untuk mengatasi kemacetan ialah mengurangi U-turn. Kemudian, program kedua adalah menambah jalur satu arah di jam padat kendaraan.
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menilai untuk mengurangi kemacetan di DKI Jakarta membutuhkan proses yang panjang tidak bisa secara cepat.
Hal tersebut disampaikan oleh Heru Budi pada saat awak media menanyakan perihal kritikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta terkait pengadaan mobil listrik sebanyak 21 unit yang dinilai tidak akan mengurangi kemacetan.
"Namanya mengurangi kemacetan tentunya harus punya waktu," jelas Heru kepada awak media, Rabu (22/2/2023).
Berdasarkan data lembaga pemeringkat lalu lintas kota dunia, tomtom.com, disebutkan bahwa tingkat kemacetan Jakarta pada 2022 berada di peringkat 29, dengan rata-rata waktu tempuh untuk perjalanan per 10 kilometer di DKI Jakarta 22 menit 40 detik.
Diketahui, Pemprov DKI disarankan untuk fokus dalam menambah transportasi publik secara massal yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Dengan demikian anggaran yang ada buat membeli mobil listrik lebih tepat untuk pembangunan yang dibutuhkan masyarakat, bukan untuk pembelian kendaraan listrik. (Aldi)