JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Setelah terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir langsung membuat sejumlah gebrakan untuk perbaikan internal PSSI dan sepak bola nasional.
Gebrakan itu di antaranya, membentuk Komite Ad Hoc Suporter, Komite Ad Hoc Infrastruktur dan Badan Tim Nasional.
Pakar Manajemen dari Universitas Mercu Buana Prof. Chaerudin optimis Erick Thohir sebagai pemimpin baru PSSI dapat memberikan perbaikan kepada induk organisasi sepak bola Indonesia tersebut.
Hal itu, menurutnya, berkat pengalaman manajerialnya mengolah beberapa klub nasional dan terlebih punya rekam jejak positif dalam mengelola manajemen klub papan atas Eropa, Inter Milan.
“Saya sih bersikap positif saja dan konstruktif kalau memang itu ada perubahan mengarah kebaikan kenapa tidak, dengan latar belakang punya kompetensi orangnya (Erick). Jadi kalau dia punya potensi kan Pak Erick pernah pegang Inter Milan, klub Eropa,” ujar Chaerudin kepada wartawan, Jumat, (24/2/2023).
Menurut Chaerudin, dunia sepak bola sekarang sudah menjadi industri yang berkembang pesat, oleh karenanya, harus mampu direspon dengan baik dengan adaptasi sepak bola modern dan ditangani secara profesional.
“Bahwa sekarang ini sepak bola menjadi suatu industri olahraga jadi semacam industri tidak seperti dulu amatiran sekarang kan profesional,” ucapnya.
Chaerudin mengatakan, tentu saja dalam membangun sebuah manajemen organisasi yang baik, Erick Thohir harus memilih orang-orang yang kompeten dan latar belakang teruji dibidangnya untuk melakukan perubahan dalam tubuh PSSI.
“Sosok-sosok yang dipilih pak Erick Thohir itu tentunya orang-orang yang punya kompeten, saya juga belum tahu ke dalam, tapi kalau memang itu punya kompetensi dan punya skill yang baik kenapa tidak. Sementara sih saya menanggapinya positif ya dan konstruktif secara ilmiah,” jelasnya.
Lanjut Chaerudin, menyinggung pengalaman Erick Thohi sebagai mantan Bos Inter Milan yang berhasil membenahi manajemen Klub berjuluk Nerazzurri itu dari keterpurukan, tentu hal itu dapat diterapkan juga di PSSI.
Meskipun kata Chaerudin ada perbedaan antara Eropa dan Indonesia dari kultur dan karakter Sumber Daya Manusia (SDM), menurutnya tinggal melakukan penyesuaian.
“Budayanya kan beda antara Eropa dengan Indonesia memang nggak mudah, semudah membalikkan telapak tangan, karena budayanya beda juga alamnya beda di sana kan empat musim artinya orang yang di sana jauh lebih keras dengan yang ada di kita sebetulnya,” paparnya.
Lebih lanjut, Chaerudin mendorong Erick Thohir lebih kreatif dalam melakukan perombakan manajemen PSSI dan meminta PSSI harus dipenuhi dengan orang yang ahli dibidangnya.
“Masukannya yang penting jangan pure manajemen artinya miskin di dalam memeneg PSSI, jadi manajemennya harus bagus secara profesional, tentunya orang-orang yang membidangi bidang olahraga sepak bola itu dia mempunyai kompetensi yang benar-benar keahliannya memang di situ,” terang Chaerudin.
Sebelumnya, selain membuat lembaga Ad Hoc Erick Thohir juga akan memperbaiki kesejahteraan wasit dalam rangka meningkatkan dan memajukan sepak bola Indonesia.
Setelah wasit tertangani dengan baik, Erick akan mendorong penerapan teknologi Video Assistant Referee (VAR) demi perbaikan sistem pertandingan.
"Karena itu kita akan mendorong perbaikan perwasitan, sistem pertandingan, baru nanti kita hitung-hitungan VAR," ucap Erick Thohir.
Erick juga mengambil langkah tegas memberantas para mafia bola yang kerap melakukan match fixing atau pengaturan skor dalam sebuah pertandingan. Bekerjasama dengan pihak Kepolisian dan Kementerian Olahraga (Kemenpora).
Dia menilai tindak pengaturan skor di Indonesia sudah terlalu berlarut-larut hingga mencoreng nama baik sepak bola Indonesia.
"Sudah waktunya kita, PSSI memberikan kartu merah kepada mafia bola. Ini sebuah hal yang sudah berlarut-larut, yang sudah menjadi benalu dan membuat kita semua malu," ucap Erick Thohir.(*)