PANDEGLANG, POSKOTA.CO.ID – Sejumlah pejabat perwakilan dari Kementrian Sosial (Kensos) RI, turun langsung meninjau kondisi rumah tidak layak huni (RTLH) milik pasangan nenek Asna dan kakek Islak, warga Desa Parigi, Kecamatan Saketi, Pandeglang.
Sejumlah pejabat perwakilan dari Kemensos tersebut datang ke kediaman pasangan lanjut usia nenek Asna dan kakek itu pada Hari Senin (13/2/2023) malam tadi.
Mereka langsung melakukan peninjauan dan pendataan apa yang menjadi kebutuhan pasangan kakek nenek yang tinggal di RTLH tersebut, sekaligus memberikan bantuan sementara berupa sembako dan kebutuhan lainnya.
Menurut Kepala Desa Parigi, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Mu'min Salim mengatakan, ada beberapa orang dari Kementrian Sosial yang datang meninjau kondisi rumah warganya yang tidak layak huni tersebut, untuk memberikan bantuan kepada keluarga nenek Asna dan kakek Islak.
"Alhamdulillah sudah ada dari Kemensos yang datang meninjau rumah nenek Asna, sekaligus memberikan bantuan," kata Kades, Selasa (14/2/2023).
Bantuan yang diberikan kepada nenek Asna oleh pihak Kemensos tadi malam, yaitu berupa sembako, perlengkapan dapur serta bantuan lainnya.
"Mudah-mudahan dengan sudah adanya dari Kemensos ini, kondisi rumah nenek Asna dapat segera tertangani, sehingga warga kami segera memiliki tempat tinggal yang layak," ungkapnya.
Selian bantuan kebutuhan pangan dan perlengkapan dapur, Kemensos juga rencana akan membangunkan rumah nenek Asna tersebut. Karena pihaknya pun sudah diminta untuk membuat proposal pengajuan.
"Ada rencana untuk bantuan bangunan rumah, karena kami juga sudah diminta untuk membuat proposal pengajuannya," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, kondisi rumah nenek Asna dan kakek Islak sangat tidak layak huni karena kondisi bangunan sudah miring dan nyaris roboh. Namun, rumah itu tetap ditempatinya meski kondisinya mengancam terhadap keselamatan karena tidak ada tempat tinggal lain untuk jadi alternatif.
Rumah yang terbuat dari mambu dan kayu tersebut, sudah banyak kerusakan dan atap pada bocor. Bahkan sudah banyak tiang penyangga untuk menahan rumah yang sudah miring itu tidak ambruk.
"Kalau hujan kami kebocoran, bahkan untuk menutupi kebocoran atap, saya naik ke atas untuk menambal atap yang bocor," kata nenek Asna.
Nenek Asna dan kakek Islah, hanya bekerja sebagai buruh tani dan buruh peternak kambing, penghasilan keduanya hanya cukup buat makan sehari-hari, namun tidak cukup untuk membangun rumah.
"Jika ada yang nyuruh bertani saya dapat penghasilan sehari Rp 20 ribu, adapun suami saya hanya buruh ternak kambing yang penghasilannya juga tidak menentu," tandasnya. (Samsul Fatoni).