ADVERTISEMENT

Benahi Industri Sepak Bola Indonesia, Akademisi: Perlu Tranformasi Digital

Rabu, 1 Februari 2023 14:26 WIB

Share
Akademisi yang juga dosen ilmu komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kennorton Hutasoit. (Foto: Dok. FAPSI).
Akademisi yang juga dosen ilmu komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kennorton Hutasoit. (Foto: Dok. FAPSI).

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Akademisi dan juga dosen ilmu komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Kennorton Hutasoit, mendorong transformasi digital dalam rangka membangun industri sepak bola Indonesia. 

Hal itu dikatakan Kennorton dalam kegiatan seminar nasional Forum Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI) di Bandung, Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, ada dua hal yang bisa dilakukan bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang baru maupun klub dalam mendorong transformasi digital. Pertama, melakukan adaptasi dengan memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi supporter atau masyarakat agar tidak melakukan tindakan kekerasan, kerusuhan ataupun ujaran kebencian.

“PSSI dan klub harus memaksimalkan penggunaan media sosial untuk terhubung dengan fans. Jumlah penggemar yang masif di media sosial PSSI dan klub, akan memberi ruang untuk mendatangkan pendapatan antara lain dari pemasang iklan di media sosial. PSSI dan klub juga harus mengedukasi penggemar untuk selalu menghindari ujaran kebencian di sosial media,” ujar Kennorton.

 

 

Kedua, Kennorton menambahkan, digitalisasi pada sistem yang menyangkut pertandingan di sebuah stadion, seperti ticketing maupun venue yang ramah digital.

Dikatakan Kennorton, ticketing secara digital berguna untuk mengantisipasi kepadatan massa penonton sepak bola di sebuah stadion, seperti yang sudah dilakukan oleh Persebaya sejak tahun 2017.

“Hal ini perlu dijadikan percontohan untuk klub sepak bola lainnya agar pertandingan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan penonton serta pemain, sistem penjualan tiket perlu dilakukan perubahan dengan menggunakan sistem digital big data,” paparnya.

“Sehingga memudahkan pemeriksaan tiket, tidak ada kecurangan dalam pembelian tiket, menghindari calo, pemalsuan tiket, dan penjualan tiket melebihi kapasitas Stadion,” imbuh Kennorton.

Lanjut Kennorton, kasus Tragedi Kanjuruhan sebenarnya bisa diantisipasi jika memanfaatkan teknologi secara maksimal, salah satunya dengan membuat venue yang ramah digital. 

“Kejadian korban 135 orang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan itu bisa diantisipasi apabila kita melakukan suatu kemajuan di bidang teknologi dengan menggunakan venue yang ramah dengan digital,” ungkapnya.

“Mendeteksi gerakan, mendeteksi setiap penonton yang akan datang dan semua situasi di dalam stadion maupun di luar terdeteksi misalnya dengan digital venue ini saya kira bagus sekali,” sambungnya.

Sementara itu, dosen ekonomi dari Universitas Binawan Jakarta Adnan Kasofi mengatakan, dalam mewujudkan industri sepak bola yang mapan seperti di negara Eropa, Indonesia perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah maupun swasta.

“Perlu adanya political will dari stakeholder terkait dalam mendukung kemajuan industri sepak bola Indonesia. PSSI dan pemerintah tidak boleh berbeda paham sehingga kesulitan dan persoalan bisa dihadapi bersama," kata Adnan Kasofi

Selain itu, perlu adanaya kreativitas klub dalam melakukan memodernisasi manajemen dan tata kelola organisasi. Ia mencontohkan Bali United sebagai pelopor industri kreatif sepak bola Indonesia. 

Bali United menurut Adnan merupakan klub yang berani melakukan terobosan besar. Salah satunya dengan perombakan markasnya di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar menjadi rumah kreativitas para fans Serdadu Tridatu tersebut. 

"Bali United membangun pusat merchandise dengan luas 1.000 meter persegi. Ada pula kafe untuk nongkrong hingga taman bermain modern untuk anak," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Adnan, Bali United melakukan strategi branding manajemen modern dengan memanfaatkan media sosial menarik perhatian, baik bagi masyarakat Bali maupun perusahaan.

"Saya kira apa yang dilakukan Bali United ini kini diikuti juga oleh Persib Bandung dan PSM Makassar, bagaimana pengembangan stadion sebagai rumah kreativitas dan sentra ekonomi bagi klub," terangnya

Adnan meyakini industri sepak bola mampu memberikan kontribusi positif bagi ekonomi Indonesia, asalkan sepak bola nya diurus oleh orang-orang yang profesional yang mau bekerja secara maksimal.

“Dengan keyakinan ini bahwasanya industri sepak bola sebagai industri kreatif mampu memberikan kontribusi ekonomi yang lebih baik nanti ke depannya indikasinya apa berarti pemerintah atau politik dalam hal ini harus betul-betul tahu menempatkan orang yang tepat di dalam PSSI,” ucapnya.

“Jadi jangan sampai ada orang-orang dalam tubuh PSSI ini ya cuma duduk saja, sehingga tadi terjadi hal-hal yang kita tidak inginkan seperti itu,” pungkas Adnan.(*)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT