Kopi Pagi

Kopi Pagi Harmoko: Perlu Keunggulan Baru

Kamis 12 Jan 2023, 06:00 WIB

Oleh: Dimas Azisoko

"Negara wajib hadir memberi perlindungan untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat kecil. Perlindungan tidak selesai pada pelaksanaan program, tetapi sampai terwujudnya kemandirian dan keunggulan baru.” - Harmoko-
 
Negeri kita memiliki keunggulan sejati, keunggulan yang tidak dimiliki negara lain, yakni keunggulan di bidang seni dan budaya serta kekayaan alam. Kekayaan sumber daya alam yang tiada tara, sering disebut “gemah ripah loh jinawi” – tanahnya subur makmur, tukul tanpa tinandur (tumbuh tanpa perlu ditanam). Dunia pun memberinya nama “Zamrud Khatulistiwa” atau The Emerald of Equator.

Sebuah julukan yang diberikan oleh negara – negara lain di dunia karena kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, memukau serta letak geografisnya yang dilintasi garis khatulistiwa.

Jika dilihat dari atas,negeri kita dikelilingi  hutan, pegunungan hingga sabana, tampak hijau dan menyejukkan layaknya batu zamrud.

Keunggulan sejati inilah yang hendaknya terus dijaga, dirawat dan dikembangkan terus menerus menjadi keunggulan mutlak sebagai alat tawar ( negosiasi ) untuk mengembangkan ekonomi dan perdagangan di dunia, setidaknya di Asia. Lebih-lebih sebagai potensi memajukan negeri.

Di sisi lain, negara disebut memiliki keunggulan mutlak jika mampu memproduksi barang dan jasa yang tidak diproduksi negara lain.

Cukup banyak produk barang dan jasa bangsa kita yang tidak dimiliki negara lain baik di bidang industri pertanian maupun perdagangan, apalagi  di sektor seni dan budaya.

Di sektor pertanian seperti kopi misalnya, Indonesia memiliki beragam rasa kopi dari sejumlah daerah yang diminati dunia. Indonesia mampu memproduksi secara lebih efisien dengan harga yang lebih murah dibanding negara lain.

Artinya negara lain memproduksi barang yang sama, tetapi kopi Indonesia lebih unggul dalam rasa dan harga.

Kopi kita digandrungi rakyat sejumlah negara, seperti Mesir, Jepang, Amerika dan beberapa negara di Eropa.

Tak heran jika diplomasi kopi sebagai soft approach Indonesia dalam membangun kerja sama dengan negara lain. Soft diplomacy menggunakan kopi sebagai salah satu strategi pemerintah, selain memperluas pasar kopi Indonesia di dunia, juga menjaga hubungan diplomatik bagi kedua negara, yang tentunya berimbas pada politik, ekonomi dan sosial.

Inilah yang disebut keunggulan komparatif yang bisa dikembangkan pada produk barang dan jasa lainnya. Bukan hanya kopi, juga jahe merah, dan produk pertanian lainnya yang menjadi bahan obat-obatan.

Yang lagi ngetrend di dalam negeri adalah daun kelor. Daun yang selama ini dijauhi, kini digemari, dijadikan sayur bobor daun kelor karena khasiatnya.

Kuncinya terletak kepada kreasi dan inovasi. Tidak hanya menjaga dan merawat  serta mengembangkan keunggulan yang sudah kita miliki, tetapi bagaimana menciptakan keunggulan baru hasil kreasi dan inovasi, sesuai eranya, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Sebut saja Indonesia menjadi negara pengekspor kopi ke- 9 dunia, sementara negara kita merupakan produsen kopi terbesar ke-4 di dunia.

Sementara Swiss, bukan merupakan produsen kopi, tetapi mampu menjadi eksportir terbesar ketiga dunia, melampaui negeri kita.

Menjadi renungan, dimanakah letak masalahnya? Apakah kualitas kopi kita masih kalah dengan negara lain, atau kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani kopi dalam akses permodalan, teknologi atau pemasaran.

Tak hanya kepada petani kopi, juga kepada petani padi, bawang, cabai, buah, kedelai, jagung, garam dan petani lainnya sebagai pemasok kebutuhan pokok dalam negeri.

Perhatian tidak hanya kepada petani berdasi, tetapi petani lokal dan tradisional beserta buruh taninya serta perajin rumahan (home industry).

Negara wajib hadir memberi perlindungan untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat kecil, karena merekalah sebagian besar rakyat Indonesia.

Perlindungan tidak selesai pada pelaksanaan program saja, memberi permodalan, fasilitas dan akses pasar, tetapi sampai kepada terwujudnya kemandirian setelah tercipta keunggulan baru.

Ini perlu aksi nyata dari negara, bukan sebatas wacana dan program kerja. Ini pula yang perlu menjadi catatan politik para elite negeri ini menyongsong pergantian kepemimpinan nasional.

Keunggulan baru inilah yang diperlukan agar produk lokal mampu bersaing di pasar global. Di tengah situasi yang belum pasti, keunggulan baru menjadi satu perisai diri menghadapi beragam tantangan.

Masing – masing daerah memiliki potensi keunggulan. Potensi itulah yang harus dibangun dan dikembangkan. Maknanya, keunggulan sejati negeri kita yang terletak pada SDA harus dikemas sedemikian rupa menjadi keunggulan baru melalui kreasi dan inovasi tangan – tangan terampil  SDM kita. Sehingga besarnya SDM kita tak hanya kuantitas, juga kualitas.

Sementara keunggulan seni dan budaya kita melengkapinya sehingga keunggulan baru yang tercipta penuh estetika, dan tetap berjati diri sesuai adat dan budaya bangsa. (Azisoko).

Tags:
Kopi PagiharmokoKeunggulan Baru

Administrator

Reporter

Administrator

Editor