Oleh: Tri Haryanti, Wartawan Poskota
NYAWA manusia sepertinya semakin murah. Salah bicara atau menyinggung perasaan orang saja, bisa bikin nyawa melayang. Bahkan ada yang meregang nyawa karena berada di daerah atau dekat dengan orang yang salah.
Belum lagi aksi pelajar atau kelompok anak muda yang gemar tawuran dan gak kapok jika aksinya juga membuat teman atau lawannya meregang nyawa.
Begitu juga aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang belakangan kerap terjadi, sehingga membuat pasangan, saudara bahkan anaknya menjadi korban.
Seperti yang terjadi pada Senin (26/12/2022), di Kapuk Rawa Gabus RT 13 RW 11 Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, dimana seorang pria nekat menyiramkan air keras pada istri dan anak tirinya hingga tewas.
Gara-garanya, juga karena sang istri menyinggung perasaan suaminya, yang tak suka masalah keluarganya diungkit.
Bahkan yang paling menghebohkan, kasus pembunuhan Brigadir J oleh mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdi Sambo. Brigadir J dihabisi oleh Bharada Richard Eliezer, atas perintah Ferdy Sambo.
Bahkan, Ferdi Sambo juga disebut ikut menembak kepala Brigadir J. Kasus ini menyeret puluhan personel Polri. Ada yang terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut.
Entah apa yang menyebabkan sebagian orang begitu enteng dan ringannya menghabisi nyawa orang gara-gara masalah sepele. Fenomena apa ini yang terjadi di Indonesia belakangan ini?
Banyak yang beralasan akibat himpitan ekonomi, sehingga dampak psikologisnya membuat orang mudah emosi sehingga hilang penguasaan diri.
Ada pula akibat rasa iri hati atau cemburu, membuat seseorang nekat menghabisi nyawa orang tua, saudara, teman bahkan tetangga rumahnya.
Alasan yang klise sebenarnya.
Hal ini sebenarnya bisa dicegah jika kita memiliki landasan agama yang kuat. Agama apapun yang dianut, jika dipahami dan dijalankan dengan baik, bisa menjadi landasan kuat untuk mencegah perbuatan jahat.
Karena itu, sejak dini bekal agama kuat harus diberikan. Baik itu di rumah, sekolah ataupun dilingkungan pergaulan.
Memang agama saja tidak cukup. Warga juga butuh sosialisasi masalah hukum, sosial, dan lainnya, sehingga dapat bersosialisasi ke arah positif karena paham baik buruk langkah yang akan diambil dan tahu akibatnya jika melakukan kesalahan.
Namun yang tak kalah penting, penegakan hukum juga harus dilaksanakan tegas, tanpa memandang status sosial . Aparat hukum dan keamanan juga harus bisa menjadi contoh positif, bukan negatif seperti yang banyak terjadi belakangan ini.