Korban tewas Halloween di Itaewon menjadi 149 orang. (Twitter/@david_ordaz)

Opini

Tragedi Itaewon 154 Orang Tewas, Halloween Budaya Barat yang Mengerikan

Kamis 03 Nov 2022, 18:32 WIB

Oleh: Sumiyati, Wartawan Poskota

PERAYAAN Halloween di distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan yang digelar pertama kali sejak pandemi Covid-19 mulai berkurang, menelan korban jiwa hingga 154 orang tewas, pada pesta yang digelar Sabtu (29/10/2022) malam lalu itu akibat berdesakan di sebuah gang sempit di Itaewon.

Tak hanya korban tewas, sebanyak 30 korban luka saat ini dalam kondisi kritis akibat pesta bertemakan hantu tersebut.

Bagaimana perayaan Halloween sebenarnya?

Sejatinya, perayaan Halloween atau All Hallows' Eve adalah hari libur yang diperingati pada tanggal 31 Oktober, satu malam sebelum Hari All Saints atau All Hallows'.

Namun, sejak perayaan ini dilakukan di seluruh belahan dunia, banyak pesta yang dilakukan sebelum tanggal 31 Oktober seperti halnya di Itaewon.

Sejarah Perayaan Halloween berasal dari festival Samhain di antara bangsa Celtic di Inggris dan Irlandia kuno.

Pada hari yang bertepatan dengan 1 November di kalender kontemporer, tahun baru diyakini akan dimulai.

Tanggal ini dianggap sebagai awal periode musim dingin dan menandakan ternak dikembalikan dari padang rumput serta kepemilikan tanah yang diperbarui.

Selama festival Samhain, arwah orang-orang yang telah meninggal diyakini akan kembali mengunjungi rumah mereka.

Kemudian mereka yang telah meninggal pada tahun itu juga diyakini melakukan perjalanan ke dunia lain.

Mengapa Identik dengan Tema Hantu? Biasanya, perayaan Halloween identik dengan tema pakaian serba hantu atau horor.

Hal ini berkaitan pada kepercayaan dulu, saat festival Samhain orang-orang menyalakan api unggun di puncak bukit untuk menakuti roh jahat.

Kemudian orang-orang mengenakan topeng dan penyamaran lain untuk menghindari dikenali oleh hantu yang dianggap ada.

Oleh karena itu, pakaian seperti penyihir, hobgoblin, peri, dan iblis kerap menjadi tema dalam perayaan Halloween.

Pesta Halloween di berbagai dunia telah dimodifikasi dan dirayakan dengan cara berbeda-beda.

Namun, pada pesta Halloween sering kali menyertakan permainan seperti bobbing untuk apel, yang terinspirasi dari perayaan Romawi di Pomona.

Pesta ini juga punya simbol khas seperti jack-o'-lantern, lobak muda, serta labu berlubang yang diukir menjadi wajah iblis dan dinyalakan dengan lilin di dalamnya.

Nah, itulah sejarah singkat mengenai perayaan halloween yang kemudian turut menjadi tragedi di Itaewon.

Namun sejumlah faktor disebut memicu kerumunan massa di Itaewon yang berbuntut mematikan.

Berikut beberapa faktor yang disebut memicu perayaan Halloween di Itaewon yang dihadiri lebih dari 100 ribu orang itu berbuntut mematikan diantaranya perayaan tanpa penyelenggara, perayaan halloween, minim polisi dan kontrol kerumunan, antusiasme warga usai dikurung covid dan jalanan Itaewon yang sempit dan menurun.

Itaewon terkenal sebagai pusat hiburan di Seoul, di mana banyak bar, restoran, dan kelab malam berjajar di gang-gang sepanjang 300 meter belakang jalanan utama distrik itu.

Gang-gang itu memang sempit hanya selebar 3,2-4 meter dengan permukaan yang kadang naik dan turun seperti bukit.

Hingga kini, pihak berwenang belum bisa menyimpulkan penyebab tragedi paling mematikan sejak 2014 lalu itu dan masih melakukan penyelidikan.

Nah, bagaimana dengan perayaan Halloween di Indonesia?

Adopsi budaya barat yang berkembang menjadi budaya populer ini juga ditiru oleh masyarakat kita khususnya para kaum milenial dan para artis-artis yang ada di Indonesia.

Bebagai macam perlombaan di kalangan selebritis saat Perayaan Halloween pun diadakan seperti make up terseram, busana terseram dan dandanan ala monster terunik pun dilombakan, padahal kalau ditilik perayaan tersebut lebih cenderung ke pesta pora tanpa adanya nilai budaya yang positif bagi masyarakat Indonesia.

Lalu, sampai kapan generasi muda kita mempopulerkan budaya barat yang cenderung banyak nilai negatifnya semisal memicu aksi kejahatan penyalahgunaan narkoba atau gaya hidup bebas, kenapa tidak diisi dengan nilai-nilai budaya Indonesia yang dipopulerkan agar Indonesia makin terkenal di kancah internasional.

Di sini dibutuhkan peran serta Pemerintah, masyarakat, budayawan, sosiolog, psikolog, pemuka agama bahkan kriminolog agar kejadian perayaan halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan tidak menimpa Indonesia. (*)

Tags:
HalloweenTragedi Halloween di ItaewonPerayaan Halloween Berujung KematianItaewon Korea Selatan

Administrator

Reporter

Administrator

Editor