Sental-Sentil

Obrolan Warteg: Politik Kompor

Selasa 25 Okt 2022, 07:49 WIB

OBROLAN warteg. “Jangan mengompori, “ kata mas Bro kepada Ayu Bahari, pemilik warteg, ketika bersama sohibnya, Yudi dan Heri, hendak maksi di warung tersebut.

Sejenak Ayu diam, lantas berucap “Saya mau nyalakan kompor untuk memanasi sayur. Bukanlah kalian mau makan siang ,” tanya Ayu.

“Iya itu memanasi berarti mengompori,” kata mas Bro nggak mau kalah.

“Memanasi sayur dengan memanas- manasi beda makna kali Bro. Lo kompor juga,” kata Yudi.

“Sudah jangan berantem. Jangan makan siang kalian untuk saling memanas – manasi. Jangan jadikan politik kompor,” kata Ayu menyela.

“Wah mbak Ayu rupanya sudah update soal politik kompor,” kata Heri menimpali.

“Ya iyalah, dikit – dikit  perlu mengikuti dinamika politik biar nggak ketinggalan tema obrolan warteg,” kata Ayu dengan senyum gingsulnya.

Seperti diketahui, istilah kompor politik diungkapkan Wasekjen Nasdem, Hermawi Taslim. Dia mengatakan ada elite partai yang melakukan ‘politik kompor’ untuk mencoba menjauhkan Anies Baswedan dengan Presiden Jokowi.

Pernyataan ini pun mendapat tanggapan beragam dari elite parpol lain.

“Istilah politik belakangan ini memang kian dinamis, sedinamis situasi politik belakangan ini. Ada politik identitas, politik pencitraan. Belum lagi petir politik, gempa politik, debu politik dan masih banyak lagi,” kata mas Bro.

“Sejak dulu, istilah politik terus bermunculan. Namanya disesuaikan dengan situasi politik waktu itu. Dulu di zaman penjajahan , kita mengenal politik adu domba, pecah belah,” kata Yudi.

“Kalau politik kompor gimana? “ tanya Heri.

“Kompor itu perapian untuk memasak. Tapi kalau ngompori itu memanas- manasi atau menghasut. Silahkan artikan sendiri,” kata mas Bro.

“Bahan bakarnya pakai apa Bro, minyak tanah, gas atau listrik?” tanya Heri.

“Tau ah...,” jawab mas Bro beranjak pergi. (jokles).

Tags:
Obrolan Wartegmengomporipolitik komporKompor politik

Administrator

Reporter

Administrator

Editor