Baru 2 tahun Rabuan, 32, membangun rumahtangga bersama Roslina, 28, tapi 14 bulan berikutnya mulai goyah. Belakangan istri Rabuan ini berhari-hari tak kembali ke rumah sepulang kerja.
Usut punya usut ternyata Roslina didekemi Hadisyam, 40, Kepala Kantor Pos di Palangkaraya. Rabuan pun segera lapor ke polisi dan instansi.
Ada sebuah hadits Nabi yang mengatakan, cerai adalah perbuatan halal yang sangat dibenci Allah. Bagi orang-orang yang beriman, hadits inilah yang bisa mengerem niat untuk menceraikan suami atau istrinya.
Betapa buruknya kelakuan pasangan tetap dimaklumi demi mempertahankan mahligai rumahtangganya. Sebab mempertahankan rumahtangga itu sekaligus juga demi masa depan anak-anak yang merupakan buah cinta kasih dan sekaligus kerjasama nirlaba suami istri.
Rabuan warga Pahandut, Kalimantan Tengah adalah suami yang penyabar dan pemaaf atas kelakuan istrinya, Roslina. Ini semua karena dia taat dan percaya akan pesan dari hadits Nabi sebagaimana di atas. Dia tak bisa membayangkan jika rumahtangga baru usia 2 tahun sudah bubar.
Apa kata orang nanti? Pasti dikira macam-macam. Mungkin mulai ada ketidakcocokan dalam koalisi. Mungkin pula bini bosan, sebab sudah menikah 2 tahun kok belum juga punya momongan.
Iya memang, rumahtangga Rabuan-Roslina dibangun sejak 2 tahun lalu dan hingga kini belum ada momongan. “Kerja” siang malam hasilnya cuman keringetan doang. Tapi jangankan 2 tahun, yang 10 tahun nikah baru punya momongan juga banyak. Jadi ini tak perlu dibuat patokan, dan Rabuan meyakini hal itu.
“Allah belum berkenan memberi, sabar saja.” Begitu katanya/
Tapi 10 bulan belakangan, Roslina mulai tidak lagi tertib sebagai ibu rumahtangga. Biasanya pukul 17:00 sudah tiba di rumah, sekarang pukul 20:00 baru nyampai. Sesibuk apa sih kerja di Kantor Pos? Memangnya masih ada kesibukan cethak-cethok….. nyetempeli ribuan surat setiap hari?
Rabuan pernah minta tolong pada mertua untuk menasihati anaknya, agar kerja yang benar sebagai iburumahtangga. Tapi ketika ibu-bapak mertua datang, malah diajak makan-makan di restoran dan pulangnya dibawakan bingkisan. Lupa dah menasihati anaknya.
“Mertuaku kok jadi seperti Gubernur DKI dengan DPRD-nya ya……” keluh Rabuan.
Belakangan ini, bahkan berhari-hari tidak pulang ke rumah, katanya di Kantor Pos ada lembur pekerjaan. Masak iya sih, lembur sampai tidak pulang? Tak percaya akan alasan istri, pada hari ke-4 dia datang ke Kantor Pos Palangkaraya. Ternyata di kantor istrinya tak ada kegiatan apa-apa di sore hari. Tak ada pekerjaan lembur sampai berhari-hari.
Rabuan lalu mengalihkan perhatian ke sebuah rumah, yang ternyata itu rumah dinas Kepala Kantor Pos. Lho, lho, ……kok ada Rosliana istrinya hanya mengenakan pakaian rumah dan kelihatan santai sekali. Dia pun lalu tanya pada tetangga, siapa perempuan itu. “Istrinya ngkali Pak!”
Suami sayang istri itu lalu menduga bahwa istrinya jangan-jangan dijadikan gendakan Kepala Kantor Pos tersebut. Kenapa istrinya bisa berpaling ke sana. Jadi selama ini rumahtangganya kacau apa karena tergoda atasannya sendiri.
Kenapa kok bisa terpikat pada Kepala Kantor Pos? “Apa kalau Kepala Kantor Pos gagang stempelnya lebih gede?” kata batin Rabuan.
Kalau mengikuti emosi, Rabuan ingin rasanya mendobrak pintu rumah Kepala Kantor Pos itu. Tapi sebagai lelaki penyabar dan taat hokum, dia cukup melapor ke Polres Pahandut, agar tindakan hukum dikenakan pada pejabat yang menyimpan bini orang itu.
Menyimpan uang di bank, masa nyimpan bini orang di Kantor Pos? (GTS)