ADVERTISEMENT

Kekhawatiran SBY, Juga Kekhawatiran Kita

Selasa, 20 September 2022 05:10 WIB

Share
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. (ist)
Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

PEMILIHAN Presiden (Pilpres) memang masih jauh. Namun riak-riaknya sudah terasa nyata. Bahkan sudah jadi obrolan tukang ojek di pangkalan. Mereka tak kalah update ketimbang pengamat politik.

Misalnya, terkait kehawatiran SBY, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tentang adanya indikasi kecurangan di Pilpres 2024.

"Seyogyanya, masyarakat tidak merespon pernyataan Pak SBY itu dengan nada negatif, apalagi menyudutkan beliau," kata Kang Tarman.

"Pak SBY itu bukan tipikal orang yang gegabah menyampaikan pendapatnya, apalagi hanya menebar rumor. Pak SBY itu tipe orang yang sangat hati-hati dalam berbicara," tambahnya.

"Iya, ya. Pak SBY kan pernah jadi Presiden selama 10 tahun. Pastilah masih punya jaringan dan intel. Pasti dia dapat informasi itu dari intel-intelnya ya," timpal Mas Mono.

Sebagai mantan Presiden dua periode, juga seorang jenderal intelektual dan doktor, SBY tak akan menyampaikan pendapatnya yang masih spekulatif.

Sebagai mantan presiden, tentu ia masih punya akses untuk mendapatkan data yang paling rahasia pun di Indonesia. Karena itu, SBY diyakini mempunyai data terkait adanya indikasi kecurangan Pilpres 2024.

Jadi, kalau SBY berpendapat, apalagi terkait hal yang sensitif seperti indikasi kecurangan Pilpres, tentulah didasari data yang akurat dan sintesa yang komprehensif. Karena itu, pendapat SBY akan sangat terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.

SBY hanya ingin memastikan, tidak ada skenario untuk memaksakan hanya dua pasangan calon yang akan berlaga pada Pilpres 2024. Karena bila hal itu terjadi lagi, maka polarisasi massa seperti Pilpres 2019 tak dapat dihindari. Dan ini yang menjadi kekhawatiran kita semua. Rasanya kita sudah lelah dengan perpecahan yang berlarut-larut. Perseteruan antara Cebong vs Kampret, atau Kodok vs kadrun harus disudahi.

Skenario itu memang sudah mencuat sejak lama. Bertebaran rumor yang mengatakan bahwa Demokrat dan PKS akan ditinggalkan di ujung pendaftaran pasangan Capres-Cawapres. Dengan begitu, dua partai tersebut tidak cukup suara untuk mengusung pasangan Capres-Cawapres.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT