JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri mengungkap hasil analisis dia soal kabar yang menyebut bahwa Ferdy Sambo punya jiwa psikopat.
Reza menuturkan, seseorang dengan gangguan kejiwaan psikopat, sebagaimana yang didugakan Ketua Komnas HAM kepada Ferdy Sambo sangatlah berbahaya.
"Apalagi kalau masalah kejiwaan yang dimaksud adalah psikopati (gangguan kepribadian antisosial) seperti kata Komnas HAM, maka tepatlah FS disebut sebagai kriminal dengan klasifikasi sangat berbahaya," kata Reza dalam keterangan tertulisnya, Jumat, (16/9/2022).
Menurut Reza, kondisi kejiwaan Ferdy Sambo yang diduga psikopat itu memiliki kepribadian Machiavellinisme yang diistilahkan sebagai Dark Triad manipulatif, pengeksploitasi, dan penuh tipu muslihat.
"Dia, sebagai psikopat, memiliki kepribadian Machiavellinisme yang diistilahkan sebagai Dark Triad yakni manipulatif, pengeksploitasi, dan penuh tipu muslihat," lanjutnya.
Reza lantas menegaskan gangguan kejiwaan yang dituduhkan kepada Ferdy Sambo itu bisa saja benar. Dengan demikian, suami Putri Candrawathi itu tidak bisa memanfaatkan layanan Pasal 44 KUHP di mana tak ada keringanan hukum baginya.
"Masalah kejiwaan pada diri FS, mungkin saja. Tapi bukan masalah kejiwaan yang membuat FS bisa memanfaatkan "layanan" pasal 44 KUHP," tegas Reza.
Dengan adanya dugaan ini, menurut Reza, semestinya Sambo dimasukkan dalam penjara dengan keamanan super maksimum. Petugasnya pun harus khusus yang bisa menanganinya.
"Kriminal-kriminal semacam itu sepatutnya dimasukkan ke penjara dengan level keamanan supermaksimum. Petugas penjaga jangan staf biasa. Harus staf yang juga cerdas, berintegritas, dan punya jam terbang tinggi melayani napi Dark Triad," ucapnya.
Namun di sisi lain, Reza juga mengkhawatirkan pernyataan Komnas HAM yang menyebut Ferdy Sambo sebagai psikopat. Pasalnya, dugaan itu justru bisa menjadi kontraproduktif dan malah memberi keuntungan bagi jenderal asal Toraja itu.
Berdasarkan riset mutakhir, psikopati bukan berakar sebatas pada dimensi perilaku atau pun kepribadian, melainkan adanya bagian otak yang memang berbeda dari orang-orang non psikopat.
"Bagian otak itu, tanpa direkayasa, tidak bereaksi ketika diperlihatkan gambar atau tayangan kejam. Jadi, dengan kondisi otak dari sananya yang memang sudah seperti itu, mereka memang tuna perasaan."
"Karena terkodratkan demikian, ini malah bisa menjadi salah satu bahan pembelaan diri," kata Reza menambahkan.(*)