Oleh: Tri Haryanti, Wartawan Poskota
BEBAN subsidi energi yang terlampau besar, membuat pemerintah berencana akan menaikkan harga BBM subsidi. Kabar ini tentu saja membuat masyarakat menjerit, bahkan kalangan pengemudi ojek online (ojol) menangis,
Bagaimana tidak, di tengah beban ekonomi yang semakin tinggi, dan turunnya orderan akibat semakin banyaknya driver ojol, kini tekanan kembali datang karena BBM subsidi bakal naik.
Keluhan tidak hanya dirasakan para driver ojol, tapi juga oleh masyarakat bawah lainnya, karena biasanya kenaikkan harga BBM pasti diikuti kenaikkah harga lainnya terutama bahan kebutuhan pokok.
Saat ini saja harga kebutuhan pokok belum semuanya turun, salah satu contohnya harga telur, yang masih dikisaran harga Rp30.000 per Kilogramnya. Pesimis rasanya jika harga telur akan turun dalam dua minggu ini seperti janji pemerintah.
Bagaimana tidak? Belum turun saja, sekarang sudah mau dihantam dengan kenaikkan harga BBM.
Harga komoditas kebutuhan pokok lainnya juga pasti ikut merayap naik, mengingat biaya angkutan juga pasti naik saat harga BBM naik.
Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Dr Kurniasih Mufidayati mengungkapkan kenaikan harga BBM bersubsidi pasti akan berdampak pada meningkatnya inflasi pangan yang mencapai 11 persen..
Ia menyebut, ibu rumah tangga alias emak-emaklah yang paling terbebani, karena merekalah yang setiap hari mengatur uang belanja. Jadi bisa dipastikan harga BBM naik, emak-emak menjerit.
Sudah pasti kondisi ini membuat ekonomi masyarakat kecil semakin terjepit, dan kemungkinan jumlah keluarga miskin semakin bertambah. Mungkin, tempe dan telur nanti bisa disebut makanan mewah.
Namun memang kita tidak bisa memungkiri, alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM akibat beban subsidi energi yang terlampau besar.
Tapi setidaknya pemerintah bisa memberi solusi terbaik, agar masyarakat tak terjepit dengan naiknya harga BBM subsidi. Memang sudah ada bansos yang diprogramkan, tapi itukan hanya bersifat sementara.
Apalagi Presiden Joko Widodo dalam pidato di Sidang Tahunan MPR RI 16 Agustus 2022 menyebut APBN 2022 Semester I masih surplus sehingga masih mampu memberikan subsidi energi hingga Rp 502 Triliun, agar harga di masyarakat tidak melambung tinggi.
Nah! mungkin pemerintah bisa mengkaji lagi rencananya untuk menaikkan harga BBM subsidi.
Jangan sampai kebijan pemerintah membuat keluarga-keluarga Indonesia, utamanya ibu rumah tangga cemas.
Memang beban negara akan berkurang dengan kenaikan harga BBM subsidi, tapi faktanya, beban itu malah ditanggung oleh keluarga menengah ke bawah ini.
Mungkin pemerintah bisa menghemat terlebih dahulu pengeluaran yang tidak menjadi prioritas. Pemerintah bisa melakukan pembatasan, tidak harus dengan menaikkan harga, seperti yang disarankan Fraksi PKS.
Yaitu Subsidi BBM dibatasi hanya kepada transportasi publik, kendaraan logistik, mobil berkapasitas mesin 1.000 cc dan sepeda motor di bawah 150 cc.
Kini masyarakat berharap pemerintah bisa memberikan solusi terbaik, dengan tidak membebani masyarakat bawah dengan kenaikkan harga BBM subsidi. Semoga! (*)