Oleh: Joko Lestari, Wartawan Poskota
BELAKANGAN ini soal politik identitas kembali banyak dibahas dan dikupas.Ini sepertinya gejala yang rutin terjadi menjelang perhelatan pemilu dan pilpres. Tahun 2018, setahun jelang pilpres, politik identitas ramai pula dikupas dengan beragam sudut pandang dari berbagai kalangan. Intinya, hindari politik identitas untuk meraih kemenangan. Jangan gunakan politik identitas untuk meraih simpati publik. Alasannya dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Begitupun di saat-saat sekarang. Politik identitas seolah “diharamkan”, bahkan gelar politik identitas sudah disematkan kepada tokoh yang memiliki elektabilitas tinggi dalam bursa capres.
Pertanyaannya, adakah yang salah dengan politik identitas? Jawabnya tentu akan beragam, tetapi akan mengerucut kepada satu catatan bahwa politik identitas adalah mengkhawatirkan.
Dari banyak literatur disebutkan bahwa politik identitas adalah sebuah cara berpolitik yang didasarkan kepada kesamaan identitas seperti etnis, suku, agama, budaya dan lainnya. Kesamaan inilah yang kemudian dikemas guna memperoleh simpati dan dukungan dari orang-orang yang merasa “sama” tak hanya identitasnya, juga perjuangannya, aspirasinya.
Tak hanya di negeri kita yang penuh keberagaman, sarat dengan sentimen komunal, isu identitas juga acap disuarakan dalam kontestasi pemilu di negara yang lebih maju demokrasinya seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa.
Pertarungan politik tak hanya menyajikan isu- isu rasional seperti meningkatkan layanan kesehatan, pendidikan, dan mengatasi pengangguran, juga isu-isu dengan muatan identitas, misalnya keberadaan imigran, aborsi, pemakaian cadar dan lain-lainnya.
Ini sebuah gambaran bahwa politik identitas itu sulit dihindari. Yang diperlukan adalah bagaimana memanfaatkan politik identitas tanpa batas yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Maknanya demokrasi tak sepenuhnya bisa lepas dari isu identitas yang memberikan ruang bagi terciptanya keseimbangan dan pertentangan menuju demokratisasi.
Pertentangan kedua identitas tersebut akan menjadi ancaman persatuan , jika masing-masing pihak tidak mampu mengelola dengan tepat dan bijak. Memperjuangkan kelompok tertentu dengan kesamaan identitas bagi setiap aktor politik, tidak dipersalahkan. Yang salah jika untuk meraihnya dengan menebar kebencian dan permusuhan serta mempertajam diskriminasi.
Mari berpolitik secara beradab dengan tidak menebar isu-isu identitas tanpa batas. Tidak memaksakan kehendak identitas kepada kelompok lain yang bisa menimbulkan gesekan dan perpecahan. (jokles)