ADVERTISEMENT

Politik Identitas Vs Isu Nasionalisme

Senin, 29 Agustus 2022 06:30 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

DITUNTUT kemampuan politisi mengemas isu identitas secara lebih beradab, bukan mempolitisasi identitas secara ekstrem, dalam meraih simpati publik.”- Harmoko
 
Bulan Agustus segera berakhir, tetapi momen "Agustusan” yang penuh semangat patriotisme dan nasionalisme harus terus berlanjut. Bulan kemerdekaan boleh berganti, tetapi kewajiban mengisi kemerdekaan harus tetap tertanam dalam sanubari setiap anak negeri tanpa batasan waktu. Dengan apapun situasi yang sedang dan bakal terjadi.

Itulah sebabnya, identitas nasional bangsa dan negara wajib kita rawat dan jaga bersama. Berkepribadian Indonesia yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI, terus kita mantapkan sebagai bagian tak terpisahkan dalam upaya mengisi kemerdekaan, membangun negeri yang “tata tentrem kerta raharjo” – terciptanya masyarakat yang tertib, tentram, dan sejahtera serta berkecukupan dalam segala urusannya.

Negeri yang “baldatun thayyibatun" – negeri yang baik, makmur, maju dan sejahtera. Dapat dikatakan, maju negerinya, sejahtera dan bahagia rakyatnya. Terdapat keharmonisan antara pemimpin dengan rakyatnya, terjalin pula komunikasi yang harmonis sesama warga masyarakat.

Di sisi lain, di tengah euforia kemerdekaan, sepanjang bulan ini pun ditandai dinamika politik yang  perlu mendapat perhatian agar tidak terjebak kepada masa lalu yang begitu kelabu. Salah satunya politik identitas kembali dimunculkan, banyak dikupas dan dibahas, seolah tak pernah tuntas.

Politik identitas dikecam karena dimaknai dapat memecah belah, menimbulkan pertentangan dan permusuhan yang pada akhirnya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Dulu, politik identitas dalam arti identitas bangsa dibangun untuk menggerakkan perjuangan mengusir penjajah. Pada zaman penjajahan, rakyat mampu bersatu karena memiliki satu identitas, yakni banga Indonesia. Dengan semangat identitas itulah, kita mampu mendirikan negeri yang merdeka dan berdaulat hingga saat ini.

Kini, eranya berbeda. Karena salah mengelola, politik identitas membuat masyarakat terpecah. Gelaran Pilpres tahun 2014 yang berlanjut ke pilpres 2019, ditambah lagi Pilkada DKI Jakarta tahun 2017,  bisa menjadi acuan terbelahnya dukungan hingga masuk ke dalam kehidupan sehari – hari.

Hingga sekarang terbelahnya dua kubu saling bertentangan sangat terasakan, tak hanya dalam perilaku politik, juga kehidupan sosial budaya yang  sangat mengancam stabilitas nasional.

Ironis, perbedaan yang dulu pernah menjadi satu kekuatan menyatukan bangsa membangun identitas nasionalnya, sekarang perbedaan dijadikan alat berpolitik guna mencapai tujuan.

Telah diakui dunia, keberagaman etnis, suku, agama, budaya adalah keunikan identitas bangsa dan negara kita. Keberagaman inilah yang membuat negara kita kuat dan hebat. Sering dikatakan keberagaman dalam persatuan dan kesatuan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT