JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin memprediksi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan sulit bekerjasama dengan Partai Nasional Demokrat atau Nasdem pada pemilihan presiden 2024 mendatang.
Hal tersebut terjadi lantaran PDIP memenuhi ambang batas pencalonan presiden yang mensyaratkan partai politik atau gabungan partai politik memiliki sedikitnya 20 persen kursi dari jumlah total kursi di DPR.
Sementara, partai lainnya tidak ada yang mendapat perolehan kursi DPR setara atau lebih dari 115 kursi.
"PDIP sudah bisa mencalonkan capres dan wapresnya sendiri, karena sudah memiliki Presidensial Treshold atau ambang batas pencalonan presiden 20 persen,"ujar Ujang kepada Poskota, Minggu, (24/7/2022).
Menurut ujang, hal tersebut diperparah oleh kondisi kedua partai yang sedang memanas lantaran Nasdem dalam rakernas beberapa waktu lalu memunculkan nama Ganjar Pranowo sebagai kandidat kuat capres dari Nasdem yang notabene merupakan kader PDIP.
Selain Ganjar, ada nama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan serta Panglima TNI, Andika Perkasa. Sedangkan PDIP kemungkinan besar akan mengusung Puan Maharani sebagai calonnya.
"Semua itu tergantung dari skemanya, tapi apa mau jika PDIP menurunkan grade Puan dari Capres menjadi cawapres. Semisal Anis atau Ganjar dipadukan dengan Puan sebagai cawapresnya. Kecuali Puan tetap capres dan wakilnya diantara dua orang tersebut. Pasti alot itu,"kata Ujang.
Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga sebelumnya mengungkapkan tiga nama kader partainya yang dinilai memiliki kriteria maju di Pilpres 2024. Mereka yakni Ketua DPR RI Puan Maharani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini. Namun belakangan, nama Puan paling berpeluang ketimbang dua calon lainnya. (Wanto)