Perempuan di Zimbabwe Pakai Kotoran Sapi Sebagai Pengganti Pembalut saat Haid. (Foto: Rajesh Kumar Singh/AP)

Internasional

Tak Mampu Beli, Perempuan di Zimbabwe Pakai Kotoran Sapi Sebagai Pengganti Pembalut saat Haid

Minggu 17 Jul 2022, 19:12 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Gadis-gadis di pedesaan Zimbabwe terpaksa menggunakan kotoran sapi sebagai pengganti pambalut untuk mencegah kebocoran saat menstruasi.

Melansir dari Africa News pada Minggu (17/7/2022), Constance Dimingo mengaku sudah setahun tidak menggunakan pembalut ketika datang bulan.

"Saya terakhir memakai pembalut sebelum ibu meninggal pada tahun lalu. Sekarang saya menggunakan apa saja yang ditemukan, kotoran sapi, daun, koran, hingga pakaian, untuk menghentikan kebocoran," kata perempuan 19 tahun itu.

Dimingo bahkan tak punya uang untuk membeli obat guna menghilangkan nyeri yang kerap dirasakan saat datang bulan.

Ia adalah satu dari hampir tiga per empat perempuan di kotanya, Domboshava, 30 kilometer sebelah utara ibu kota Harare yang tak memiliki akses untuk mendapatkan produk higienis.

Produk kewanitaan, termasuk pembalut, sudah menjadi barang mewah di kota tersebut menurut penelitian Organisasi Pembangunan SNV Belanda.

Untuk mencegah kebocoran, dia dan saudara-saudaranya menggunakan kotoran sapi yang dibentuk menjadi gumpalan untuk menyerap darah.

"Saya mengambil kotoran, membentuk, dan membiarkannya kering agar mudah menyerap darah," kata nenek Dimingo, Vhene.

Untuk menghindari efek buruk, lanjut Vhene, kotoran sapi itu tidak langsung ditempelkan begitu saja ke vagina, melainkan dibungkus dengan potongan selimut tua. Kemudian kotoran sapi diletakkan di celana dalam seperti menggunakan pembalut.

"Para perempuan mengalami aliran deras pada siklus yang biasanya berlangsung 6 hari. Kami lebih suka cara ini karena kotoran sapi bisa menyerap banyak darah," ujarnya.

Setelah digunakan, kotoran sapi dibuang dengan cara dikubur di tanah. "Pembalut adalah barang mewah yang tidak bisa saya beli untuk cucu-cucu perempuan saya," tuturnya, lagi.

Menurut Kementerian Perempuan dan Pemuda, 67 persen anak perempuan bolos sekolah saat menstruasi karena kurangnya akses ke produk sanitasi dan fasilitas sanitasi bersih. Anak perempuan penyandang disabilitas biasanya putus sekolah sama sekali, seperti yang terjadi pada Dimingo.

Selain bolos sekolah, para ahli kesehatan mengatakan metode ini adalah tempat berkembang biaknya salmonella, E. Coli dan beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi kesehatan reproduksi.

“Gadis-gadis itu mengeluh gatal dan sensasi terbakar di vagina. Saat diperiksa di rumah sakit, kami melihat adanya infeksi jamur, infeksi saluran urogenital, dan tanda-tanda awal kanker serviks akibat pemasangan di saluran vagina.” kata Theresa Nkhoma, seorang aktivis Komunitas Pengasuhan Anak yang berada di bawah Kementerian Pelayanan Umum Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial Zimbabwe.

Tags:
zimbabwekrisis

Reporter

Administrator

Editor