MAU mengukir prestasi atau memunculkan kontroversi.
Pertanyaan semacam ini belakangan kerap disampaikan sejumlah kalangan dalam menyikapi perilaku pejabat publik.
Kali ini yang terkena "sentilan" Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) karena dinilai melakukan kampanye saat pembagian migor murah. Kian menimbulkan kontroversi karena yang dikampanyekan adalah Futri, putrinya sendiri kepada ibu – ibu yang hadir dalam pembagian migor murah tersebut, agar nantinya memilih Futri, sebagai caleg.
Beragam kritikan pun disampaikan sejumlah kalangan, utamanya dari wakil rakyat Mereka menilai apa yang dilakukan Zulhas itu tidak etis. Bentuk penyalahgunaan wewenang.
Mestinya dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dengan tugas negara. Dapat memisahkan tugasnya sebagai ketum parpol dengan Menteri Perdagangan (Mendag). Jangan campur aduk.
Komentar pun melebar, sebagai Mendag hendaknya lebih memprioritaskan penyediaan stok pangan, dan harga kebutuhan yang terjaga dengan baik, distribusi migor curah ke semua lapisan masyarakat. Bukan membagikan migor gratis dengan menyelipkan kampanye sebagai ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN).
“Itu komentar wakil rakyat dari parpol lain. Itu yang gue baca,” kata mas Bro ketika “maksi” di warteg langganannya.
“Lantas komentar dari kader PAN sendiri, bagaimana?” tanya Yudi.
“Kalau dari PAN berbentuk klarifikasi bahwa saat itu acara PAN, bukan acara kementerian. Lagi pula diadakan di akhir pekan,” kata mas Bro.
“Susah juga sih membedakan ketum parpol dengan Mendag, status keduanya melekat. Sekalipun acara partai, tidak bisa lepas dari menteri,” kata Heri.
“Yang dikhawatirkan, menggunakan fasilitas menteri untuk kepentingan parpol,” ujar mas Bro. (jokles)