ADVERTISEMENT

Cerita Kelompok Tani Hutan Menjaga Hutan Mangrove Dari Ancaman Megaproyek di Pesisir Utara Tangerang

Kamis, 7 Juli 2022 12:28 WIB

Share
Foto : Pemuda Kelompok Tani Hutan Tanjung Burung menunjukkan Lahan di pesisir utara Tangerang yang pesat dijadikan lokasi pembangunan. (Poskota/M. Iqbal)
Foto : Pemuda Kelompok Tani Hutan Tanjung Burung menunjukkan Lahan di pesisir utara Tangerang yang pesat dijadikan lokasi pembangunan. (Poskota/M. Iqbal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TANGERANG, POSKOTA. CO.ID - Mangrove menjadi tumbuhan yang kaya akan manfaat. Selain membentengi daratan dari abrasi laut, tanaman dikotil itu juga menjadi potensi komoditas pangan dengan berbagai olahannya.

Para pemuda di desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang kini tengah berupaya melestarikan hutan mangrove. Namun, jerih payah mereka dibayang-bayangi pembebasan lahan untuk Megaproyek Properti. Bagaimana kisahnya ?

Para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Tanjung Burung harus bersusah payah Mangrove di desanya itu. Ancaman pembebasan lahan untuk Megaproyek Properti itu seperti elegi.

Meski demikian, hal itu tak membuat KTH Tanjung Burung patah arang untuk menghijaukan desanya. Ancaman itu justru menjadi tantangan. Enam tahun sudah, sejak 2016 KTH Tanjung Burung fokus pada pelestarian Mangrove. Awalnya, pelestarian mangrove mereka lakukan di pantai sampah yang lokasinya berada di hilir sungai Cisadane, masih di desa yang sama.

Namun, seiring dengan waktu. Pulau tersebut sudah terjual oleh salah satu pengembang. Mau tak mau, mereka harus angkat kaki.

"Jadi disana kan ada tanah timbul (daratan yang sengaja dibuat) dipake buat tambak sama masyarakat. Tanah itu sudah dijual sama pengembang. Jadi kita tidak bisa disana lagi," ujar Ketua KTH Rawa Burung, Abdul Gofur, Kamis (7/7/2022).

Meski demikian, para pemuda tak menyerah. Mereka terus mencari lahan untuk melestarikan tanaman gambut itu. Di 2019 akhir mereka mendapat izin untuk mengelola hutan mangrove di lahan milik Perhutani.

Tak tanggung-tanggung, luasnya mencapai 55 Hektare yang terbagi di dua wilayah. 41 hektare masuk di wilayah Desa Tanjung Burung, sedangkan 14 hektare di Tanjung Pasir. Lokasi itu, kini disebut juga Eduwisata Mangrove Tanjung Burung.

"Jadi itu awalnya mangrove semua setelah ada perjinan alih fungsi kawasan hutan, akhirnya dengan orang yang punya duit itu digarap dan dijadikan Empang. Jadi sekarang PR kita nih untuk penghijauan kembali," jelas Gofur.

Namun, lahan tersebut tak langsung mereka tanami dengan mangrove. Baru di Desember 2020 mereka mulai penanaman awal. Sebanyak 13 ribu bibit Mangrove mereka tanam di lokasi tersebut.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT