BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Penemuan batu purbakala diduga sebagai alat untuk pemeras tebu menghebohkana warga di Teluk Pucung, Bekasi Utara, Jum'at (24/6/2022) lalu.
Mengetahui hal itu, Ketua Tim ahli cagar budaya dan sejarawan di Kota Bekasi, Ali Anwar turut merespon adanya penemuan batu purbakala.
Ia menilai, pihaknya belum dapat memastikan soal asal muasal batu purbakala itu, apakah batu tersebut merupakan batu zaman purbakala, karena perlu adanya penelitian lebih lanjut.
"Ya gini kalu dalam hal ini, saya sebagai tim ahli cagar budaya, kebetulan belum bisa memastikan itu cagar budaya itu harus dilakukan penelitian dulu, dari situ, kita bisa memastikan itu masuk kategori apa, nah tapi memang secara kasat mata, dari yang kita pernah lihat, kemasyarakatan, itu salah satu komponen mesin dari pabrik gula di Bekasi Utara teluk Pucung," ujar Ali Anwar saat dihubungi Poskota, Minggu (26/6/2022).
Lebih lanjut pemaparannya, bahwa adanya pabrik gula di Bekasi, datang dari revolusi industri di Eropa. Dimana saat itu bangsa Eropa telah melahirkan bentuk maupun benda-benda baik komponen mesin.
Saat itu, Indonesia yang masih tergabung dengan Hindia Belanda, masuk revolusi industri melalui wilayah Batavia yang dekat dengan Bekasi di abad 18 ataupun 19.
"Nah waktu itu, di Batavia dan Bekasi di pinggir pinggir sungai itu selalu ditanamkan perkebunan tebu, tebu itu kemudian diolah menjadi gula, mengolahnya tentu dengan alat, alat itulah yang tersisa dan kini ditemukan," ungkap Ali Anwar menjelaskan.
Setelah itu, dikatakannya, wilayah Bekasi Utara terdapat seorang konglomerat dari berbagai bangsa, baik China, Eropa hingga Arab yang memiliki dan mengelola pabrik gula di sekitar lokasi.
Dengan hal itu, ia menyebut, sebelumnya pernah perkampungan yang disebut, kampung Teluk Pucung pabrik.
"Dulu dikuasain sama tuan tanah, ada yang dari Cina, Eropa dan Arab, ada kecenderungan pabrik gula itu dibangun oleh Cina dan Eropa, pada abad ke-19. Itu sebabnya di Bekasi kali barat, Teluk Pucung ada kampung Teluk Pucung pabrik," tutur Ali Anwar.
Ia menilai bahwa pada saat itu para masyarakat yang di abad ke-18 maupun ke-19 banyak telah menggunakan batu sebagai alat untuk memeras tebu.
Hal ini dikarenakan, bila penggunaan bahan seperti kayu maupun besi di saat mudah dicuri maupun didaur ulang.
"Kalau balok kan mudah dicuri orang, dan Kalau besi kan kemungkinan banyak diambil dan dilebur. Kalau komponen batu itu sulit untuk mengangkatnya menggunakan apa, dan sulit diletakkan dilokasi itu," ungkapnya.
Dari adanya penemuan tersebut, ia menduga di wilayah ditemukan batu purbakala diduga untuk memeras tebu, masih terdapat beberapa batu lainnya yang sama.
"Dugaan saya banyak dan ada, karena batu itu amat berat, karena dulu itu ada komponen-komponen apa apa, balok besi besi," pungkasnya. (IhsanFahmi).