JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Nilai tukar rupiah kembali ambruk melawan dolar AS, Selasa (14/6/2022) tembus pada level Rp14.718 per dolar AS.
Terkait pelemahan nilai tukar rupiah ini, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang negara maju, dan negara berkembang termasuk rupiah.
"Ini dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS per bulan Mei 2022 yang dirilis akhir pekan lalu. Inflasi AS pada bulan Mei tercatat 8,6%yoy lebih tinggi dari ekspektasi 8,3%yoy, sementara inflasi inti tercatat 6,0% lebih tinggi dari ekspektasi 5,9%," terang Josua yang dihubungi di Jakarta, Selasa (14/6/2022).
Ia menambahkan inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi tersebut telah mendorong ekspektasi pelaku pasar bahwa Fed (bank sentral AS) akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada rapat FOMC bulan September mendatang.
Setelah diperkirakan akan menaikkan suku bunga FFR (Federal Funds Rate/Tingkat Suku Bunga antarbank) sebesar masing-masing 50bps (basis points) pada FOMC (Federal Open Market Committee) bulan Juni dan Juli mendatang.
"Masih tingginya tingkat inflasi AS tersebut yang dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah global mendorong ekspektasi stance hawkish (penerapan suku bunga yang agresif) pada rapat FOMC bulan ini yang akan digelar tanggal 14-15 Jun 2022," papar Josua.
Josua menjelaskan dolar indeks ditutup menguat 0,89% ke level 105,08 pada penutupan perdangan AS tadi malam, sementara itu yield US Treasury 10 tahun juga ditutup naik 20bps menjadi 3,36%.
Rupiah kemarin ditutup melemah 0,9% ke level 14.681 per dolar AS, yield SUN 10 tahun ditutup naik naik 16bps ke level 7,36% dan IHSG juga ditutup melemah 1,29% ke level 6.995.
"Meskipun demikian, sentimen risk-off ini diperkirakan akan cenderung melandai setelah rapat FOMC yang akan memberikan indikasi atau sinyal arah suku bunga Fed ke depannya," Josua menjelaskan. (johara)