JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Calon siswa Bintara Polri bernama Fahri Fadilah Nur Rizki (21) menyebut bahwa ada sosok yang telah menginspirasinya untuk memiliki cita-cita menjadi anggota Polri.
Fahri Fadilah mengungkapkan, sosok yang telah menginspirasinya itu tak lain adalah seorang polisi yang dikenal karena kejujurannya, yakni mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso.
"Saya jujur saja pengen jadi anggota Polri itu karena terinspirasi sama Kapolri Jenderal Hoegeng . Soalnya menurut saya, dia sosok yang paling patut untuk ditiru. Dia jujur, tegas, juga berani menentang semua kesalahan yang ada di Institusi Polri," ujar Fahri Fadilah saat ditemui Poskota.co.id di wilayah Kalisari, Jakarta Timur pada Jumat, 3 Juni 2022.
Namun sayang seribu sayang, apa yang menjadi cita-cita sejak masa kanak-kanaknya itu pun harus berakhir sampai di titik ini. Pasalnya, pada tahun ketiganya mendaftar sebagai anggota Bintara Polri, Fahri dinyatakan gagal tak memenuhi syarat (TMS) lantaran didiagnosa memiliki kelainan pada indera penglihatannya.
"Sebenarnya gini, saya tuh ngerasa sakit banget pas lihat omongan di video Kapolda, itu kan bilang nggak ada tes-tes lagi," kata dia.
Dia melanjutkan, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Polda Metro Jaya, selain telah memupuskan harapannya menjadi anggota Polri, juga berdampak pada semakin menipisnya harapan dia untuk dapat melanjutkan pendaftaran di institusi lain.
"Jadi gini, sebenarnya dari Polda sendiri kan pas 2019 bilangnya saya buta warna, nah itu seharusnya nggak boleh kayak gitu, karena setahu saya ada kode etik ya, atau melanggar kode etik lah istilahnya. Nah karena hal itu juga, kecil harapan saya buat diterima di sekolah lain. Kan semua sekarang jadi tahu atau percaya kalau saya ini buta warna," ungkap dia.
Dia memaparkan, seharusnya Polda Metro Jaya bersikap kooperatif dengan tidak asal menyebarluaskan hasil tes kesehatan dirinya kepada publik. Sebab menurutnya, hasil tes-tes dari rumah sakit itu dapat disebarkan dengan seizin pasiennya.
"Dan meski itu saudara pun, harus punya izin dulu. Misalnya kalau kata saya boleh ya boleh, kata enggak ya enggak. Di sini saya gak dapat tuh kayak yang form persetujuan hasil tes medis saya itu boleh disebarkan atau enggak, itu saya nggak dapat sama sekali," papar Fahri.
"Itu yang buat saya sangat sedih, saya ngerasa dari pihak Polda sudah membuat masa depan saya nggak lagi indah karena pernyataan tersebut," sambungnya.
Beasiswa Luar Negeri
Lebih lanjut dia mengatakan, usai dinyatakan gagal dalam kegiatan supervisi, seorang anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem, Hillary Brigitta Lasut sempat menawarkannya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
"Jujur saja kemarin saya kan datang tuh ke tempat Ibu Hillary, dan Ibu Hillary itu banyak banget nawarin saya beasiswa, salah satunya beasiswa ke Jerman jadi dokter S1. Itu full biayanya ditanggung sama Ibu Hillary," imbuh dia.
Namun, Fahri berujar, dirinya bukan tak ingin menolak rezeki yang sudah ada di depan mata itu. Dia mengaku, ada suatu hal yang membebaninya untuk mengiyakan tawaran biaya pendidikan lanjutan yang ditawarkan secara cuma-cuma terhadap dirinya itu.
"Jujur saja, saya bukan nolak rezeki. Saya juga diberi waktu sama Ibu Hillary selama 3 hari buat putusin mau ambil di luar atau di dalam negeri. Itu sampai hari ini juga masih saya rembukan dengan pihak keluarga meski saya sudah ada sedikit gambaran," tutur Fahri.
"Tapi jujur, dari hati yang terdalam, hal yang membebani saya itu, saya ingin tetap bisa menjadi anggota Polri. Sebab, jadi anggota Polri itu merupakan cita-cita saya dari kanak-kanak," tukasnya.
Lihat juga video “Permintaan Maaf Riski Aulia Marupaung atas Viralnya Video Pamer Payudara”. (youtube/poskota)
Bahkan dia mengungkapkan, bahwa setiap hari ia selalu terpikirkan akan dirinya yang bisa menggunakan seragam Polri dengan logo Korps Brimob yang dibanggakannya.
"Saya selalu terbayang bapak-ibu saya itu bisa lihat saya pakai seragam Polri. Itu yang selalu buat saya sedih," tandas Fahri. (adam)