FAKTA tidak terbantahkan bahwa harga minyak goreng (migor) di pasaran masih cukup tinggi. Masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Adakah yang salah? Lantas bagaimana menyelesaikan masalah? Hal ini pula yang masih menjadi perbincangan masyarakat, termasuk obrolan di warteg. Apalagi warteg, mahalnya harga migor akan sangat berdampak.
“Apa betul bu, harga migor masih mahal? tanya Yudi kepada Ayu Bahari, pemilik warteg langganannya.
“Ya begitulah mas, kata Ayu dengan senyum manisnya.
“Tapi jangan naikkan harga dulu ya bu, dompet masih lesu..," kata Yudi yang disambut anggukan Ayu pertanda setuju.
"Stop! kita jangan melenceng ke mana-mana. Kembali ke soal migor gimana ceritanya harga masih mahal," kata mas Bro.
Seperti diberitakan sejumlah media, harga migor masih cukup tinggi dari hasil pemantauan langsung Pangdam Jaya, Mayjen TNI Untung Budiharto bersama rombongan ke Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis 25 Mei 2022.
Harga rata- rata migor di pasar ini masih berada di kisaran angka Rp 22 ribu per kg untuk migor kemasan dan Rp18 ribu per kg untuk migor curah. Artinya masih di atas HET yang ditetapkan pemerintah untuk migor curah Rp14 ribu per liter atau Rp15 ribu per kg.
Kenapa harga masih cukup tinggi, apakah ada masalah? Itulah yang akan diselesaikan. Memastikan harga migor sesuai dengan harga yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan distributor, pedagang dan pembeli sama sama diuntungkan.
Itulah tujuan Pangdam Jaya Mayjen TNI Untung Budiharto turun ke lapangan hingga berdialog dengan para pedagang mengenai ketersediaan, distribusi, harga migor curah dan hal lainnya.
Menguak masalahnya, bergegas menyelesaikannya agar harga terjangkau oleh rakyat dan dinikmati semuanya.
"Setuju pak, semuanya untung. Bukan yang satu untung, lainnya buntung," kata mas Bro. (jokles)