ADVERTISEMENT

Sebelum Didukung Partai Lain, Peneliti BRIN: Ganjar Harus Hadapi Puan Dulu

Selasa, 10 Mei 2022 21:08 WIB

Share
Peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro. (foto: ist)
Peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro. (foto: ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Partai NasDem batal menggelar konvensi calon presiden (Capres) 2024. Hal itu diganti dengan menjaring usulan nama Capres lewat pengurus Partai Nasdem provinsi yang memunculkan nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Erick Thohir dan Airlangga Hartarto.

Peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro mengungkapkan, NasDem memang dikenal sebagai pelopor untuk penjaringan pemimpin untuk dimajukan dalam kontestasi pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) maupun pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres).

"Partai NasDem selalu sejak mulai lahir ikut pemilu selalu memimpin untuk mendahului. Selalu dia leading mencalonkan siapa yang tepat baik untuk Pilkada maupun Pilpres. Sekarang juga menjaring politisi lain," ujar Siti, Selasa 10 Mei 2022.

Menurut Siti, ada pertanyaan besar terkait penjaringan nama yang dilakukan NasDem yakni sejauh mana nama tokoh yang terjaring mampu mendatangkan keuntungan untuk NasDem.

"Ini bisa memberi nilai tambah yang luar biasa kepada NasDem atau tidak?" lanjutnya.

Terkait dengan nama Ganjar Pranowo yang masuk dalam penjaringan nama, Zuhro mempunyai pendapat berbeda. Zuhro mengulik sejarah keberadaan Jusuf Kalla (JK) yang kala itu dipinang Partai Demokrat. JK memang tidak diajukan Golkar namun ia berhasil menjadi ketua umum di partai berlambang beringin itu. Sedangkan Ganjar sulit untuk menjadi ketua umum PDIP.

"Itu apakah bisa di-copy paste dengan Ganjar di PDIP. Itu pertanyaan besar menurut saya," tegasnya.

Apalagi, menurut Zuhro, kultur politik masing-masing partai sangat berbeda. Sehingga NasDem harus memperhitungkan apakah kultur politik PDIP dan Ganjar mampu memberikan nilai tambah yang luar biasa bagi partai yang merekrut.

"Budaya politik di internal PDIP itu tegak lurus. Sementara Golkar tidak punya tegak lurus, faksi-faksi. Jadi berapa elite itu punya pengaruh masing-masing," tegasnya.

Selain itu, Ganjar masih harus menghadapi Puan Maharani di internal PDIP. Puan dinilai tidak akan mundur dari konstestasi 2024 karena akan berdampak pada tampuk kepemimpinan partai.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT