Rusia: Rencana Provokasi NATO dan AS di Ukraina Sudah Sampai Tahap Akhir

Senin 25 Apr 2022, 08:00 WIB
Foto kota Mariupol yang telah dikuasai Rusia (Foto: Twitter/@Lyla_lilas)

Foto kota Mariupol yang telah dikuasai Rusia (Foto: Twitter/@Lyla_lilas)

RUSIA, POSKOTA.CO.ID – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menulis di saluran Telegramnya bahwa rencana ProvokasiNATO dan Amerika Serikat di Ukraina sudah sampai tahap akhir.

Informasi ini disebutkan oleh Zakharova berdasarkan data Kementerian Pertahanan Rusia yang dikeluarkan pada hari Sabtu (23/4/2022).

Zakharova menyebut bahwa provokasi NATO dan AS tersebut masih seputaran penggunaan zat beracun dan agen biologis di Ukraina.

 

"Informasi oleh Kementerian Pertahanan Rusia yang diterbitkan hari ini dengan jelas membuktikan: Washington, dalam koordinasi erat dengan mitra NATO, telah pindah ke tahap akhir merencanakan provokasi di Ukraina yang harus meyakinkan komunitas global bahwa 'Rusia menggunakan zat tempur beracun dan agen biologis,” kata Zakharova, dikutip dari TASS pada Senin (25/4/2022).

Lebih lanjut, Zakharova menekankan bahwa rencana awal Washington adalah melibatkan tekanan ekonomi pada Rusia. Hal ini agar Rusia kembali mempertimbangkan kepentingan di bidang keamanan.

 

"(Rencana) Itu tidak berhasil. Sekarang AS beralih untuk melibatkan senjata pemusnah massal (WMD), secara praktis,ke permainan di luar 'garis merah'," kata juru bicara itu.

"Jika ini terjadi, akan ada korban yang tak terhitung. Dan masing-masing dari mereka berada di hati ahli strategi Amerika di kantor Gedung Putih, Departemen Luar Negeri dan Pentagon, dan pada hati nurani, jika ada yang tersisa darinya. , dari boneka mereka di Kiev," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologi Rusia Igor Kirillov mengatakan bahwa AS sedang mempersiapkan provokasi untuk menuduh Rusia menggunakan senjata nuklir kimia, biologi atau taktis.

 

 Menurut dia, Amerika Serikat menyiapkan tiga skenario untuk provokasi tersebut. skenario pertama sedang "insiden bendera palsu yang dipentaskan," yang kedua - "penggunaan senjata pemusnah massal (WMD) secara rahasia dalam jumlah kecil," dan yang ketiga, yang paling kecil kemungkinannya  "penggunaan senjata pemusnah massal secara terbuka dalam pertempuran”. (Firas)

Berita Terkait
News Update