ISRAEL, POSKOTA.CO.ID - Patriarkat Ortodoks Yerusalem telah mengecam larangan berkerumun yang menurut polisi Israel akan diperlukan untuk memastikan keselamatan para peserta dalam ritual Api Suci bulan ini.
Menurut surat yang disebarluaskan pekan ini oleh Patriarkat menjelang Paskah, polisi telah meminta agar hanya 1.000 orang yang memasuki Gereja Makam Suci untuk ritual Api Suci meskipun ini merupakan kebiasaan bagi ribuan umat untuk hadir.
Dikatakan juga bahwa hanya 500 orang yang dapat memasuki Kota Tua dan mencapai halaman Patriarkat dan menyaksikan dari atas Gereja Makam Suci. Demikian dikutip dari Jerusalem Post pada Jumat (15/4/2022).
Gereja Makam Suci adalah situs suci yang dipercaya tempat Yesus dikuburkan.
Peserta dalam ritual menyaksikan nyala api yang muncul di atas Makam Yesus.
Acara ini berlangsung setiap tahun pada Sabtu sebelum Paskah Ortodoks yang tahun ini jatuh pada 24 April.
Polisi Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar.
“Kami menegaskan komitmen kami yang kuat dan diperbarui terhadap hak kodrati kami untuk merayakan hari raya kami bersama dengan komunitas kami, keluarga, dan untuk berpartisipasi bersama dalam doa di gereja-gereja kami di Kota Tua Yerusalem, termasuk hak dasar semua komunitas kami untuk memasuki Gereja Makam Suci dan sekitarnya selama perayaan Paskah termasuk Sabtu Terang Suci,” kata Patriarkat dalam sebuah pernyataan.
“Komunitas kami telah menggunakan hak ilahi ini secara bebas selama berabad-abad dengan penguasa yang berbeda terlepas dari keadaan yang dilalui Kota Suci dalam sejarah.”
Patriarkat menyatakan memiliki akses ke gereja-gereja di Kota Tua terutama selama hari raya Paskah.
Namun hal ini menjadi semakin sulit dalam beberapa tahun terakhir.
Patriarkat mengatakan bahwa tidak ada pembenaran untuk pembatasan tambahan yang diberlakukan pada tahun ini.
Patriarkat menegaskan penolakannya secara eksplisit, jelas, dan lengkap terhadap semua pembatasan.
Dia mengatakan jengkel dengan pembatasan polisi atas kebebasan untuk beribadah dan dengan cara yang tak dapat diterima dalam berurusan dengan hak orang Kristen yang dianugerahkan Tuhan dalam mempraktikkan ritual dan harus memasuki situs suci mereka di Kota Tua Yerusalem.
“Oleh karena itu Patriarkat Ortodoks Yerusalem telah memutuskan dengan kuasa Tuhan bahwa mereka tidak akan mengkompromikan haknya dalam menyediakan layanan rohani di semua gereja dan lapangan. Diumumkan juga bahwa doa akan diadakan seperti biasa oleh Patriarkat dan para pastornya, berharap orang-orang beriman dapat berpartisipasi,” kata akhir dari pernyataan tersebut. ***