JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dunia pewayangan mulai menggeliat setelah cukup lama ikut tertimpa bencana pandemi Covid-19. Di sejumlah daerah sudah mulai berani menggelar wayangan, meski dalam kapasitas penonton terbatas.
Ketika wayang baru mulai menggeliat, sempat ramai muncul polemik wayang haram, yang asal-usulnya dari tokoh yang tampaknya tidak mendalami dunia wayang di Tanah Jawa.
Nah, perkembangan terbaru, ada angin segar, ternyata Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) baru saja sukses menggelar Musyawarah Nasional VII, yang digelar di Joglo Tumiyono, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, 18-19 Maret 2022.
Perlu diketahui, Pepadi lahir pada tanggal 14 April 1971, didirikan oleh Jendral Surono, Bapak Soejarwo, Bapak Budiharjo, Bapak Sampurno dan lainlain.
Munas VII ini berhasil memilih Kondang Sutrisno sebagai Ketua Umum Pepadi untuk masa bakti 2022-2027. Tak lain merupakan periode kedua bagi Kondang.
Yang menarik, kepengurusan Pepadi kali ini, ternyata diisi tokoh-tokoh nasional, seperti Marsekal Masdya Bambang Sulistio, jabatan terkahir sebagai Kabasarnas. Lantas, Ir Tumiyono, tokoh yang meroket namanya, karena pernah disebut Presiden Jokowi, sebagai salah satu calon Kepala Otorita IKN Nusantara.
Ternyata batal jadi Kepala Otorita IKN, Ir Tumiyono malah menjadi pimpinan Pepadi Pusat untuk periode 2022-2027. Dan, lokasi Munas VII Pepadi juga digelar di Joglo Tumiyono, berlokasi di kampung halaman Ir Tumiyono, yakni Bayat, Klaten.
Joglo Tumiyono disebut-sebut sebagai bangunan joglo terbaik di dunia, besar dan megah. Siapa pun yang sudah masuk, konon akan krasan dan enggan keluar lagi.
Tentang program kerja ke depan, Kondang Sutrisno mengatakan, saat ini pihaknya masih menghadapi siatuasi pandemi yang belum sepenuhnya reda dan tuntas.
Pandemi Covid-19 masih terus diwaspadai, meski pemerintah sudah berencana menurunkan dari pandemi ke pendemi.
“Sekarang sudah lumayan. Sudah ada yang mulai pentas lagi, di daerah-daerah ada pergelaran. Para dalang sudah pentas, meski masih terbatas,” kata Kondang, Minggu (20/03/202).
Menurut dia, pandemi selain membuat para seniman dalang dan pengrawit hingga pesinden lebih banyak beristirahat, karena kondisi yang ada tidak memungkinkan pentas, ternyata memberi perkembangan lain bagi dunia pewayangan.
Menurut Kondang, pada dalang telah membuat terobosan. Ketika tanggapan langsung tidak bisa dilakukan, tidak bisa ada pergelaran wayang di ruang terbuka dan penonton banyak, mucul terobosan dengan pergelaran wayang secara streaming.
“Pergelaran secara streaming dilakukan di kediaman Dalang, atau kalau tidak ada tempat memadai, kadang Pepadi ikut mencarikan tempat. Dalam pergelaran seperti ini juga ada yang menanggap,” kata Kondang.
Untuk tanggapan, ya selain untuk tanggapan, juga untuk aktivitas para seniman. Menariknya lagi, tanggapan model pergelaran wayang secara streaming ini dilakukan bisa dengan saweran, siapa saja yang ingin ikut membantu, ya silakan. Pokoknya, untuk dalang ada yang bisa dibawa pulang,” katanya.
Hal seperti itu memang bukan tugas pokok Pepadi, tapi sifatnya untuk membantu. Pepadi Pusat sendiri sempat ada kegiatan-kegiatan pembinaan yang tertunda karena Covid.
Selepas Covid ini, menurut Kondang, pihaknya akan mengadakan pembinaan untuk dalang bocah, dalang remaja, dan kegiatan lain.
Harus diakui, untuk kegiatan operasional memang tak lepas dari soal anggaran. Sejauh ini, para pengurus Pepadi harus berjuang agar kegiatan yang direncanakan bisa terlaksana. Selain dari donatur, sponsor, Pepadi juga mendapat bantuan dari pemerintah melalui Kemendikbuddikti.
Namun sayang, dana dari pemerintah itu juga tidak lancar. “Kami mengajukan Rp2,5 miliar untuk 2021, ternyata belum juga cair. Sebelumnya cair, namun juga tidak sebesar itu, yang pernah kami dapatkan Rp1 miliar,” katanya.
Oleh karena itu, menjadi pengurus Pepadi haruslah orang yang memang karena dorongan cinta, tulus ikhlas, atau senang terhadap wayang dan pedalangan.
Menurut Kondang, seperti yang sudah-sudah, pihaknya ingin menghadap Presiden Jokowi. Pada periode yang lalu sudah terlaksana, dan juga ada wayangan di Istana. Hal semacam pernah juga saat era Presiden SBY.
Soal Munas VII pepadi, menurut Kondang, Munas VII PEPADI yang berlangsung dua hari, dihadiri oleh 20 Ketua-ketua PEPADI Provinsi, 10 Ketua-ketua PEPADI Kabupaten Kota.
Di hari pertama, acara MUNAS VII Pepadi akan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK) Bapak Prof. Dr. Muhadjir Effendy, dilanjutkan dengan sidang pleno dan sidang komisi, hingga pemilihan Ketua Umum PEPADI Pusat periode 2022 – 2026.
Acara akan ditutup dengan sajian Tari Topeng Dalang kesenian khas Klaten yang semua penyajinya adalah dalang-dalang profesional.
Dan puncak penutupannya akan disajikan pergelaran Wayang Kulit Purwa, dengan menampilkan dalang kondang Ki Purbo Asmoro. Tema besar MUNAS VII Pepadi ini adalah '"Bersama PEPADI Kita Songsong Indonesia Sebagai Rumah Wayang Dunia". (win)