"Saya mendukung lebih ditingkatkan program-program pemerintah yang membangun optimalisasi perwilayahan komoditas kedelai dan supporting systemnya. Saya berharap hal Ini menjadi real sebgai buah dari semakin baiknya kelembagaan/korporasi petani." ujar Sujarwo pada hari Jumat (18/2/2022).
Sujarwo mengatakan masih perlu adanya analisis yang presisi terkait lahan dan juga pasarnya. Jangan sampai, kata dia, pasar kedelai tidak dijaga, sehingga nantinya akan memiliki efek terhadap ketidakpastian harga yang tinggi.
"Dalam hal ini, petani kedelai butuh bantuan pemerintah untuk mengawal produksinya dan membutuhkan lembaga penelitian untuk menghasilkan varietas yang lebih cocok adaptif dengan iklim tropis. Terutama untuk meningkatkan produktivitasnya." jelas Sujarwo.
Oke Nurwan selaku Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag juga mengatakan bahwa harga tahu dan tempe di dalam negeri akan naik karena melonjaknya harga kedelai internasional.
Hal ini terjadi karena kedelai menjadi bahan baku utama dalam memproduksi dua makanan kegemaran masyarakat Indonesia tersebut.
“Kondisi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai" kata Oke. (18/2/2022)
“Dan hal ini akan mempengaruhi ujungnya adalah harga produk turunan dari kedelai, yang utama di sini adalah harga tempe dan tahu." sambungnya.
Oke mengatakan bahwa di negara Brazil sedang mengalami penurunan produksi kedelai.
Brazil yang diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia.
Menurut Oke, penyebab lain naiknya harga kedelai dunia adalah akibat inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 7 persen, yang berdampak pada kenaikan harga daripada input produk kedelai.
Adanya pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai juga turut andil mengakibatkan petani kedelai di Amerika Serikat menaikkan harga.
“Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushel atau angkanya sekitar Rp11.240 per kilogram (kg) kalau ditingkat importir dalam negeri." kata Oke.
Dalam hal ini, diperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan hingga Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dolar AS per bushel.