Makam Keramat Lawang Agung Banten, Tempat Puluhan Pusaka Ditemukan, Ini yang Dilakukan Para Peziarah

Sabtu 19 Feb 2022, 23:18 WIB
Kemunculan Keris Pusaka Diponegoro. (ilustrasi keris Istimewa)

Kemunculan Keris Pusaka Diponegoro. (ilustrasi keris Istimewa)

SERANG, POSKOTA.CO.ID - Perjuangan para Sulthan, ulama dan syekh dalam menyebarkan ajaran agama Islam di Banten sampai saat ini jejaknya masih terus digali.

Beberapa diantaranya sudah ditemukan, baik itu Makom, kuburan sampai pada benda pusaka yang digunakannya pada saat melawan penjajah.

Sedangkan yang belum ditemukan,sampai saat ini masih dalam proses penelusuran yang dilakukan oleh pihak pengelola Kenadziran Banten Lama.

Lawang agung atau yang juga dikenal sebagai Lawang Abang merupakan sebuah kawasan dimana di dalamnya terdapat puluhan makan pangeran, sulthan, ulama dan syeh dari berbagai daerah di Indonesia.

Lawang Abang ini terletak di Lingkungan Kenari, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. 

Kawasan ini baru dua tahun terakhir dilakukan perawatan dan pembersihan, sehingga saat ini kondisinya sudah jauh lebih rapih dan bersih, yang dilengkapi juga dengan musholah, tempat wudhu, dapur, tempat istirahat serta ruangan kecil tempat menyimpan puluhan benda pusaka.

Abah Entus Jempol begitu ia biasa disapa, seorang juru kunci sekaligus pengelola kawasan Lawang Abang kepada Poskota menceritakan, kawasan ini pada mulanya merupakan hutan belantara yang tidak ada seorangpun yang berani untuk membersihkannya.

Meskipun secara sadar masyarakat juga mengetahui di kawasan ini banyak terdapat kuburan dan makom para ulama dan pejuang yang ikut berperang pada masa penjajahan kerajaan Banten dulu.

"Pada tumbang itu yang mau ngebersihin tempat ini. Tapi ketika saya dan teman-teman yang bekerja, alhamdulillah aman dan sampai saat ini masih terus kami jaga," katanya, Sabtu (19/2/2022).

Entus mengaku prihatin dengan kondisi makam para pejuang dan ulama di sini yang dibiarkan begitu saja tidak diurus.

Padahal jasa-jasa mereka ketika masih hidup dulu sangat besar.

Bahkan wasilahnya, kita tidak akan bisa menikmati kenyamanan sekarang di sini tanpa ada perjuangan dari mereka.

"Makanya sampai sekarang saya bersama teman-teman masih melakukan tapak tilas tempat-tempat di sekitar sini, karena masih banyak makam para pendahulu kita yang belum ditemukan," ujarnya.

Saat ini jumlah makam dan makom yang berada di kawasan Lawang Abang sebanyak kurang lebih 70 makam yang terdiri dari berbagai daerah bahkan ada juga yang dari luar negeri. 

Makam-makam itu sampai saat ini masih terus dirawat, dan pada saat-saat tertentu dikunjungi juga oleh sanak-saudaranya yang berziarah.

Diantaranya ada makam Sangiang Bali, Syeh Mustofa dan Syeh Abdul Majid dari Aceh, Syeh Muhammad Abdullah Turki Utsmani, Syeh Abu Bakar bin Tengku Umar dari Aceh.

"Lalu ada makam Sultan kesembilan, Sulthan Abdul Mahasyim Jaenal Abidin, Sultan keempat yakni Sultan Adbul Mufakir Mahmud Abdul Qodir yang juga merupakan Maulana keempat," jelasnya.

Belum lagi makam ulama-ulama besar lainnya yang berada di luar kawasan Lawang Abang namun masih di sekitar sini seperti Syeh Mandura, Pangeran Jagabaya, Panglima Arya Setyadinata, Pangeran Natabaya, Nyi Mas Gandasari, Nyi Mas Melati, Syeh Jombang, Syeh Ibrahim, Syeh Wijayakusuma, Syeh Ali, Syeh Jabar dan Syeh Sidik.

"Kalau ditemukan semua pasti jumlahnya ribuan. Itu baru beberapa saja yang ditemukan di tengah sawah-sawah warga itu, ketika ada gundukan pas digali ternyata makam. Itu banyak ditemukan," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Abah Entus, tempat ini tidak pernah sepi, karena setiap harinya ada saja tamu yang datang baik dari keluarga yang ingin berziarah ataupun dari pejabat Provinsi maupun pejabat pusat seperti dari MPR, BPK, Istana dan lain sebagainya.

Tidak sampai di situ, tamu yang datang juga berasal dari berbagai negara seperti Damaskus, Syuriah, Iraq, Baghdad, Palestina, Turki Ustamani, Aceh Madura, "kalau dari Indonesia mah sudah ga keitung," imbuhnya. 

Mereka datang ke Lawang Abang rata-rata untuk ziarah ke karuhun mereka di sini yang mereka dapatkan kabarnya melalui mimpi.

Termasuk ada juga yang mengembalikan kitab yang dititipkan oleh Syeh Nawawi Albantani ke Syeh Abdul Karim Tanara yang dari Cisimeut, Lebak. 

"Dia menyerahkan kitab itu ke saya, atas wasilah dari mimpi. Padahal sudah berulang kali saya katakan saya bukan keturunan Sultan, tapi mereka tetap memberikan kitab itu dan saya simpan," katanya.

Diakui Abah Entus, selain diamanahi kitab itu, dirinya juga banyak dititipkan benda-benda pusaka milik para ulama yang dikuburkan di sekitar sini. benda pusaka itu ada yang berbentuk pedang, tongkat, tombak, keris dan berbagai macam lainnya.

"Ini merupakan beban berat bagi saya, karena saya dipercaya untuk menyimpan sejumlah pusaka peninggalan sekitar 400 tahun silam. Namun karena sudah dipercaya, akhirnya saya benar-benar rawat dan pelihara dengan baik," ucapnya.

Selain itu, dirinya dan juga para peziarah lainnya dari pihak keluarga, sering menemukan batu mengkilap di sekitar Lawang Abang ini. Batu itu cukup unik karena melambangkan lafazd keagungan.

"Itu juga masih saya simpan, termasuk yang ditemukan dari pihak keluarga, semuanya di simpan di sini," tambahnya.

Di tempat sakral ini juga setiap malam Rabu selalu dilakukan dzikir bersama yang dipimpin oleh Syeh Kiayi Matlubi dan Kiayi Jamal.

Sedangkan kalau Jumat sore biasanya baca delail.

Lalu sebulan sekali pengajian kitab Insan Kamil di Masjid Kesultanan bersama Ketua Ulama Dunia dan Imam Besar Masjidil Aqso, Palestina.

"Biasanya kalau malam Rabu itu penuh, karena dari mana-mana pada datang," katanya.

Meskipun banyak tamu yang silih berganti datang dan pergi, Abah Entus tidak ingin tempat yang ia kelola ini bermuara kepada materi, mengingat apa yang sudah ia lakukan sejauh ini juga tidak pernah memperhitungkan materi.

Sehingga ketika banyak puluhan ulama yang datang ke sini, mereka bingung karena di tempat ini tidak ada kotak amal yang kerap ditemukan di tempat-tempat sakral lainnya.

"Masalah rizki mah sudah ada jalannya sendiri, biar Allah yang ngatur itu mah. Makanya kalau ada kotak amal di sini, pasti saya buang itu," pungkasnya.

Termasuk juga dari Pemprov Banten yang ingin membuat buku tamu untuk pengunjung di sini. Abah Entus menolak itu, karena dirinya ingin tempat ini dibiarkan dengan kondisi seperti ini.

"Nggak mau saya, biarin begini aja," pungkasnya. (luthfillah)

Berita Terkait
News Update