JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan, mendorong para pelaku importir kedelai tetap penuhi ketersedian stok untuk mengantisipasi lonjakan harga Tahu dan Tempe.
Pemerintah terus berkonsentrasi ketersediaan kedelai sebagai bahan baku produk tahu dan tempe menjelang bulan Ramadhan, yang dimana harga kedelai dunia yang mengalami fluktuasi.
Pemerintah pun mendapat jaminan dari Gakoptindo (Gabungan Koperasi Pengusaha Tempe Tahu Indonesia) kalau kedelai akan selalu tersedia dan masyarakat luas akan bisa selalu mengkonsumsi produk turunan dari kedelai, seperti tahu dan tempe.
“Kami bisa memberikan semacam jaminan bahwa kedelai yang dibutuhkan para pengrajin tahu dan tempe akan selalu tersedia bulan ini dan bulan-bulan kedepan tanpa memandang adanya gejolak harga,” ujar Aip Syarifuddin, selaku Ketua Umum Gakoptindo, dalam acara virtual bersama wartawan, Jumat (11/2/2022) lalu.
“Jadi kami siap untuk memasok kedelai sejumlah yang dibutuhkan oleh para pengrajin,” tambahnya.
Sebelumnya pada kesempatan yang sama, Oke Nurwan, selaku Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) mengungkapkan penyebab kenaikan harga kedelai dunia ini dikarenakan inflasi di Amerika yang mencapai 7%.
Lalu adanya pengurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidak pastian cuaca di negara produsen yang mengakibatkan petani kedelai menaikan harga.
“Penurunan produksi kedelai dunia ini berdampak pada kenaikan harga kedelai. Harga kedelai pada Minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77USD atau angkanya berkisar di Rp11.240 per Kg. Hal ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga bulan Juli,” ujar Oke Nurwan.
Dengan perkiraan harga kedelai akan terus mengalami kenaikan hingga bulan Juli mendatang, Oke menjelaskan situasi ini akan sampai melewati bulan Ramadhan.
“Para pelaku usaha agak ragu untuk mengunci harga, sehingga pemerintah menjadi konsentrasi karena kalau tidak dikunci (harga kedelai) oleh para pelaku usaha ini, maka pada bulan Maret ketersediaan akan terganggu,” jelas Oke.
“Maka kami tetap mendorong para pelaku usaha untuk tetap melakukan import ditengah gejolak harga yang tinggi dan ketika kita belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri,” tambahnya.
Dirjen PDN juga memaparkan mekanisme perhitungan struktur harga kedelai tersebut.
“Kalau di tingkat pengrajin kedelai harganya Rp10.500/kg, maka harga tempe itu akan Rp.9800 karena itu sudah memperhitungkan bahan bakar, listrik, tenaga kerja, ragi dan sebagainya. Tapi kalau di Rp.11.500, harga tempe akan menjadi Rp.10.300/kg karena ada proses struktur harganya demikian,” paparnya
“Kalau harga tahu di Rp.11.500/kg maka tahu perpotong di tingkat pengrajin Rp650. Kalau harga kedelai mencapai Rp.12.000, perpotongnya harga tahu menjadi Rp.700, naik Rp50,” pungkasnya.