Shinta lantas bertemu dengan warga yang memang berencana menjual lahannya ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) selaku pengelola pertambangan.
Warga yang berkesempatan diwawancarai bernama Sabar dan Siti Rodiah.
Mengejutkan, saat proses wawancara, dua warga yang terdiri atas laki-laki dan perempuan serta-merta duduk di kursi mendengarkan proses wawancara.
Tanpa tedeng aling-aling, si perempuan itu melontarkan kalimat cemooh terhadap tempat Shinta bekerja.
Perempuan itu menuduh bahwa Tempo memproduksi berita bohong tentang konflik Desa Wadas.
"Bapak satunya ikut manas-manasin nyebut Tempo hoaks dan menudingkan jari ke arah wajah saya," ungkap Shinta.
Danang Yuri Iswanto yang menjadi rekan yang biasa mengantarkan Shinta tugas ke luar kota menceritakan kejadian tersebut berlangsung cepat.
Dia mengatajan kalau sejak awal dua warga itu menunjukkan sikap ketidaksukaan ketika mengetahui Shinta bertugas untuk Tempo.
"Menurut saya, setelah tahu mbak Shinta dari Tempo, itu mulai nggak enak, marah-marah," ujar Danang membenarkan pernyataan Shinta.
Peristiwa ancaman dari dua warga Desa Wadas yang disebut-sebut pro terhadap kasus tambang batu andesit tersebut sangat disayangkan oleh Redaktur Pelaksana Kompartemen Nasional Koran Tempo, Reza Maulana.
"Kami juga berupaya menggali keterangan dari warga yang pro kuari pertambangan, tapi karena situasi yang kurang kondusif, baru dapat kami lakukan hari ini," katanya.(*)